Badan ini harus beralih ke cara-cara baru dalam bekerja sama dengan mitra lokal, termasuk menemukan lokasi distribusi yang aman, menyalurkan tepung terigu ke toko roti sehingga mereka dapat melanjutkan produksi, dan mendistribusikan suplemen makanan khusus untuk membantu anak-anak melawan malnutrisi.
Kamis lalu, konvoi WFP mengirimkan pasokan makanan kepada sekitar 8.000 orang di Gaza utara – yang pertama sejak jeda kemanusiaan diumumkan pada bulan November.
Kehidupan muda dalam bahayaKonflik yang sedang berlangsung juga telah merusak atau menghancurkan infrastruktur dan layanan air, sanitasi dan kesehatan yang penting, dan terbatasnya kapasitas untuk mengobati malnutrisi parah dan wabah penyakit menular, menyebabkan 335.000 anak di Gaza yang berusia lima tahun ke bawah menjadi sangat rentan.
Insidensi anak kurus – yang merupakan bentuk malnutrisi yang paling mengancam nyawa anak-anak – dapat meningkat hampir 30 persen dibandingkan kondisi sebelum krisis, dan berdampak pada 10.000 anak laki-laki dan perempuan, menurut proyeksi Dana Anak-Anak PBB (UNICEF).
“Anak-anak yang berisiko tinggi meninggal karena kekurangan gizi dan penyakit sangat membutuhkan perawatan medis, air bersih dan layanan sanitasi, namun kondisi di lapangan tidak memungkinkan kami menjangkau anak-anak dan keluarga yang membutuhkan dengan aman,” kata Catherine Russell, Direktur Eksekutif UNICEF. .
Dia menambahkan bahwa beberapa bahan yang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki dan meningkatkan pasokan air masih terbatas untuk memasuki Gaza, sehingga membahayakan kehidupan anak-anak dan keluarga mereka.
Sejak November, UNICEF telah memperingatkan bahwa anak-anak di Gaza selatan hanya mendapat akses 1,5 hingga 2 liter air sehari, jauh di bawah jumlah yang disarankan untuk bertahan hidup. Meskipun lembaga ini dan para mitranya telah menyediakan air minum yang aman bagi lebih dari 1,3 juta orang, masih diperlukan lebih banyak lagi mengingat kondisi yang menyedihkan ini.
