Aulanews.id – “Sudan sedang mengalami bencana kemanusiaan yang sangat besar. Ini adalah mimpi buruk bagi anak-anak,” kata Mandeep O’Brien minggu ini dalam sebuah wawancara dengan UN News.
Hampir 10 bulan telah berlalu sejak bentrokan meletus antara Tentara Sudan dan kelompok saingannya yang dikenal sebagai Pasukan Dukungan Cepat (RSF), menyebabkan 14 juta anak sangat membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan nyawa.
Krisis pengungsian anak O’Brien mengatakan pertempuran tersebut telah memicu krisis pengungsian anak terbesar di dunia. Lebih dari 3,5 juta anak laki-laki dan perempuan telah meninggalkan rumah mereka ke lokasi yang lebih aman, dan beberapa di antaranya terpaksa mengungsi beberapa kali.
Kabar buruk ini terus berlanjut karena lebih dari 7,4 juta anak muda Sudan tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman, sehingga menempatkan mereka pada risiko penyakit yang ditularkan melalui air, dan hampir dua juta orang sangat membutuhkan vaksin yang bisa menyelamatkan nyawa.
Sudan juga merupakan salah satu negara dengan tingkat malnutrisi anak tertinggi di dunia. Lebih dari tiga juta balita menderita malnutrisi akut, dan 700.000 balita dapat meninggal akibat malnutrisi parah kecuali mereka menerima perawatan medis.
Ruang kelas di garis bidik Selain itu, 19 juta anak usia sekolah tidak bersekolah, sehingga Sudan berisiko menjadi salah satu negara dengan krisis pembelajaran terburuk di dunia.
“Bayangkan masa depan negara ini jika anak-anak tidak bisa belajar,” kata Ibu O’Brien. “Kami memperkirakan jika hal ini terus berlanjut, Sudan akan menghadapi kerugian pendapatan seumur hidup sebesar $26 miliar.”
Pendidikan adalah alat yang ampuh untuk membangun perdamaian “karena ketika anak-anak berada di ruang kelas, mereka merasa aman, terlindungi, dan dapat hidup berdampingan dengan damai,” dia berkata.
“Ini adalah nilai-nilai yang tidak boleh kita anggap remeh. Ini adalah nilai-nilai yang harus dijalani dan dipraktikkan oleh anak-anak.”
Buka sekolah, bayar guru UNICEF telah mendorong pemerintah federal dan negara bagian Sudan untuk membuka kembali sekolah, namun O’Brien menunjuk pada hambatan lain dalam bidang pendidikan.
“Agar hal itu terwujud, guru perlu dibayar,” katanya. “Sedihnya, sejak pecahnya perang ini, gaji para guru dan pekerja garis depan lainnya belum dibayar, jadi hal ini harus terjadi.”
Untuk sementara, UNICEF dan mitranya telah menjajaki solusi praktis dan cara untuk mendukung pembukaan kembali sekolah secara aman jika kondisinya memungkinkan, sekaligus berupaya untuk menjangkau lebih banyak pelajar muda.