Apalagi yang lansia di regunya sebanyaak 11 orang, tujuh di antaranya lansia. Anggota yang muda mengawal para lansia. Dan lansia yang masih bisa mandiri diupayakan tetap mandiri dan sehat.
“Kami akan memantau terus dan mengawal rukun rukun haji para lansia risti. Memastikan bisa melaksanakan ibadaah wajibnya,” kata Harun.
Ketua regu lainnya, Sugito Samijo Mangkudikromo dari SOC 51 tampak telaten merawat anggotanya yang lansia risti Daldoeri Hardjodimuljo, 90. Sang kakek yang berangkat tanpa pendamping ini terbilang jemaah haji kuota tambahan. Dia menderita gagal jantung yang kinerjanya tinggal 40 persen, anemia, dan pendengaran kurang. “Beliau tak boleh terlalu capek,” katanya.
Bahkan sempat tak merespon panggilan saat berada di paviliun bandara KAAIA. Dokter kloter SOC 51 dr Rina Sugiyanti Sp.KJ justru memikirkan kondisi kesehatan lansia risti lain. Sebab Daldoeri saat di Indonesia kondisi kesehatannya lebih stabil. Ternyata harus dirawat di Pos Kesehatan Bandara KAAIA Jeddah. Setelah stabil langsung diikutkan bus kloter berikutnya menuju hotel dmdi Makkah dan menjalankan umrah wajib.
Dokter kloter justru mengkhawatirkan Kholi Musyafa (80), yang di klinik KKP di Indonesia hipertensinya mencapai 220 dan gulanya 500 plus plus. Sudah dikasih terapi insulin. “Tapi saat di pesawat, tak ada insulin. Tapi sudah dikasih infus dan metformin,” katanya.
Jemaah haji lainnya yang perlu perhatian adalah Sugaib (59). Dia menderita kanker kolon. Tapi jinak. Semula tidak risti, hanya trease kuning. Ternyata ada efeknya ke liver. Tapi ada istrinya yang mendampingi. “Selama dalam perjalanan ini sempat mengalami pendarahan,” katanya.