Search

Bupati Gus Fauzi: Batik Sumenep Harus Bernilai Mahal

Presiden Joko Widodo mengenakan batik Sumenep. (Foto: Berita Satu)

Aulanews.id, Sumenep – Batik dibuat dengan sangat teliti dan presisi. Sebuah corak juga bukan guratan biasa. Ada proses kontemplasi pembuatnya. Setiap detail liukan motif batik memiliki nilai tajam dan filosofis. Tidak melulu soal nilai, batik dalam perkembangannya mulai menjadi sebuah penghormatan dari pemakainya.

Dasar ini yang menjadi landasan Bupati Sumenep Achmad Fauzi dalam mengampanyekan batik tulis Sumenep ke berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, menurut Gus Fauzi, pemerintah daerah terus menggandeng rumah produksi batik untuk terus menambah tenaga kerja kalangan muda.

“Batik Sumenep harus mahal dan memang saya melarang dijual murah. Tujuannya biar pengrajin sejahtera. Di banyak daerah mungkin pengrajin batik adalah kalangan tua, tetapi di Sumenep kita punya ratusan perajin batik milenial,” terang Bupati Sumenep Achmad Fauzi, Rabu (2/8/2023).

Baca Juga:  Tari Remo Massal 65 Ribu Pelajar Suroboyo Pecahkan Rekor MURI

Selama ini, salah satu rumah produksi batik bernama Canteng Koneng menjadi lokasi tempat berlatih kalangan milenial dalam belajar membatik. “Kami menerima semua pemuda yang ingin bekajar batik. Jenjang SMP, SMA, mahasiswa, semua kami terima. Harapannya ini akan jadi modal utama karir mereka di kemudian hari. Soal karya, saya gak mau bikin batik yang pasaran. Harus yang limited. Makanya saya mencetak satu desain batik maksimal 50 helai sampai 100,” terang Owner Batik Canteng Koneng Didik Haryanto, Rabu (2/8/2023).

Didik juga mengaku bangga, desain batik yang dibuatnya dapat memikat hati para petinggi negara, termasuk Presiden Jokowi.

“Sebagai pengrajin batik, tentu itu adalah hal yang sangat didambakan. Batik canteng koneng sudah dipakai Presiden Jokowi berkali-kali, banyak desain,” tambahnya.

Aulanews.id – Pasukan muda asuhan Mehmet Ali mengakhiri musim reguler Premier League 2 dengan penuh gaya dengan kemenangan tandang 2-0 yang mengesankan di Liverpool pada Minggu sore. Kami pikir kami...

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist