Aulanews.id – Komisaris Tinggi Volker Türk menyuarakan keprihatinannya bahwa pemilu hari Minggu yang menunjukkan Perdana Menteri Sheikh Hasina mendapatkan masa jabatan kelima, “dirusak oleh kekerasan dan penindasan terhadap kandidat oposisi dan pendukungnya”, menurut siaran pers dari kantor hak asasi manusia OHCHR.
“Dalam beberapa bulan menjelang pemungutan suara, ribuan pendukung oposisi ditahan secara sewenang-wenang atau menjadi sasaran intimidasi. Taktik seperti itu tidak kondusif bagi proses yang sesungguhnya,” kata Türk.
Beliau memohon kepada Pemerintah “untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa hak asasi manusia seluruh warga Bangladesh benar-benar diperhatikan, dan untuk memperkuat fondasi demokrasi yang benar-benar inklusif di negara tersebut.”
Penangkapan, ancaman, penghilanganOHCHR mengatakan bahwa menurut laporan, aparat penegak hukum menggunakan metode seperti penangkapan, ancaman, penghilangan paksa, pemerasan dan pengawasan sebagai taktik intimidasi menjelang pemungutan suara, yang diboikot oleh oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh.
Tindakan kekerasan politik, termasuk serangan pembakaran yang diduga dilakukan oleh kelompok oposisi, juga telah dilaporkan.
Sekitar 25.000 pendukung oposisi telah ditangkap, termasuk para pemimpin penting partai, sejak 28 Oktober, kata OHCHR. Setidaknya 10 pendukung oposisi dilaporkan tewas – atau terbunuh – dalam tahanan dalam dua bulan terakhir, hal ini meningkatkan kekhawatiran serius mengenai kemungkinan penyiksaan atau kondisi penahanan yang keras, kata Komisaris Tinggi.
Banyak pembela hak asasi manusia terpaksa bersembunyi, dan beberapa diantaranya meninggalkan negara tersebut, sementara puluhan kasus dugaan penghilangan paksa telah dilaporkan, sebagian besar terjadi pada bulan November.
