Pemilu demi pemilu di Era Presiden Al-Bashir selalu diwarnai baikot pemilu oleh kelompok oposisi. Sehingga, partisipasi pemilih sangat rendah. Pada Pemilu 2015 misalnya, pemilih yang menggunakan hak pilih hanya 6 juta. Sedangkan yang tak datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) sampai lebih dari 7 juta pemilih. Ini berarti, golput yang mencapai 53,9 persen sesungguhnyalah yang menjadi pemenang pemilu.
Dari berbagai data hasil pemilu di atas, legitimasi Presiden Al-Bashir rendah, sehingga mudah dijatuhkan. Presiden yang mengawali karir presidensinya pada 1989 dari kudeta juga berakhir dengan kudeta pada 2019. Ini berawal dari krisis ekonomi yang melanda Sudan yang memicu protes massa berbulan-bulan. Massa demonstran menutut mundur. Namun, sang presiden menolak dan tetap bertahan dari tekanan massa ala gerakan musim semi Arab yang menggulingkan penguasa Mesir Hosni Mubarak dan penguasa Libya Muammar Gaddafi.
Akhirnya, militer Sudan menggambil kekuasaan Presiden Al-Bashir dan menyeretnya ke pengadilan atas tuduhan pelangaran konstitusi. Sebab, ia mengkudeta Perdana Menteri Sadik Al-Mahidi pemerintah yang merupakan hasil pemilu yang sah pada 1989. Ia dituntut hukuman seumur hidup dan atau hukum mati.
Pada April 2019, militer bersama dengan kelompok oposisi membentuk pemerintahan transisi untuk menjalankan pemerintahan dan menyelenggarakan pemilu demokratis. Sayangnya, Dewan Transisi Militer yang dipimpin oleh Ahmed Awad Ibn Auf hanya berkuasa sehari, 11-12 April 2019. Kemudian dilanjutkan oleh Jenderal Al-Burhan yang sedang bertikai dengan Jenderal Dagalo.
Perang saudara sekarang, semakin menjerumuskan Sudan pada spiral kekerasan fisik yang berdarah. Ini tradisi pengalihan kekuasaan yang bertentangan dengan nilai demokrasi yang asali. Kekerasan adalah nilai yang paling haram dalam praktek demokrasi. Dewan transisi militer nyata-nyata gagal menciptakan stabilitas politik. Agenda Pemilu 2024 juga penuh ketidakpastian. Dengan demikian, demokrasi di Sudan bukan memasuki musim semi namun masuk musim gugur di penghujung Ramadhan ini.
*Penulis adalah Pendiri Eksan Institute