Kultur Buntet Pesantren pula yang membentuk paradigma dan inspirasi sosok Jajang Jahroni, guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia sangat terkesan dengan masa-masa saat dulu mengaji kepada para kiai di Buntet Pesantren.
“Buntet menginspirasi masuk ke dalam jiwa saya menjadi cara pandang,” kata akademisi yang menamatkan studi doktoralnya di Universitas Boston, Amerika Serikat itu.
Pesantren juga membentuk gaya hidup dan budaya untuk tidak pernah menyerah, pantang mundur, sabar, terus mengejar kemajuan. Hal itu yang tampak dari ulama terdahulu dengan pemikirannya yang maju ke depan.
Inspirasi yang sama juga diserap oleh Prof Mohammad Ali, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Ia sangat ingat dengan maqalah, sebaik amal adalah yang mudawamah meskipun sedikit. Hal itulah yang ia pegang sampai kini terbang ke berbagai belahan dunia untuk berbicara mengenai pendidikan.
Kiprahnya di dunia internasional itu terinspirasi dari sosok KH Izzuddin, ayah KH Adib Rofiuddin. Saat masih usia sekolah dasar, ia mengikuti seorang kandidat doktor dari Australia yang tengah melakukan penelitian antropologi di Mertapada dan Buntet Pesantren. “Dia masuk Buntet dijelaskan Kiai Izzuddin tentang siapa ini siapa itu pakai bahasa Inggris,” ujarnya.
Ia sangat kagum, ternyata di zaman itu, kiai mampu bercakap dengan orang luar negeri dengan bahasa Inggris. “(Saya) Terinspirasi dari situ,” pungkasnya. Dy