Dalam studi ini juga ditemukan, laki-laki tampaknya lebih rentan terhadap kondisi kesehatan mental yang disebabkan oleh masuknya partikel-partikel polusi ke dalam otak.
Selain itu, studi yang diterbitkan dalam British Journal of Psychiatry pada 2021 lalu menemukan bahwa polusi udara bisa memperparah kondisi mental yang diidap pasien.
Mengutip The Guardian, temuan penelitian terhadap 13 ribu orang ini didapat dari seberapa sering mereka mendatangi layanan kesehatan mental di London, Inggris. Para peneliti percaya bahwa hal yang sama juga akan berlaku di sebagian besar kota di negara maju.
Lebih parah lagi, studi sebelumnya justru menemukan polusi udara dapat meningkatkan risiko bunuh diri pada orang dengan depresi.
Salah seorang peneliti dari University College London Isobel Braithwaite mengatakan, dengan meminimalisasi tingkat polusi udara, Anda dapat mencegah sekitar 15 persen kemungkinan depresi yang bisa berujung bunuh diri.
“Dampaknya akan sangat besar karena depresi adalah penyakit mental yang sangat umum dan jumlahnya semakin meningkat,” ujar Braithwaite, mengutip The Guardian. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, lebih dari 264 juta orang di dunia hidup dengan kondisi depresi.
Tak cuma pada orang dewasa, polusi udara juga dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental anak. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspective menemukan, paparan polusi udara bisa mengganggu kondisi mental anak.
Anak-anak yang setiap hari terpapar polusi udara memiliki konsentrasi myo-inositol yang tinggi pada otak. Kondisi ini menjadi salah satu gejala peradangan pada saraf akibat udara yang tercemar. (Mg 05)