Aulanews.id – Tiongkok dan Rusia miliki alasan yang sama untuk mendukung Palestina setelah melihat kemarahan yang semakin meningkat di seluruh Timur Tengah karena serangan Israel di Gaza.
Bagi Moskow dan Beijing, pemboman Israel terhadap Gaza setelah serangan Hamas yang menewaskan 1.400 warga Israel memberikan peluang untuk meningkatkan kredibilitas mereka sebagai juara di negara berkembang.
Hal ini berbeda dengan Amerika Serikat yang menaruh dukungannya terhadap Israel.
Dilansir dari reuters.com, Tiongkok mempertajam kritiknya terhadap Israel dengan secara konsisten menyerukan pengekangan dan gencatan senjata.
“Tindakan Israel telah melampaui lingkup pembelaan diri,” kata Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi pada media pemerintah Tiongkok pekan ini.
Wang Yi menyerukan agar Israel menghentikan “hukuman kolektif” terhadap warga Gaza.
Selain itu, Rusia juga telah menyatakan simpatinya terhadap Palestina dan menyalahkan Amerika Serikat terhadap kejadian tersebut.
“Saya pikir banyak orang akan setuju dengan saya bahwa ini adalah contoh nyata kegagalan kebijakan Amerika Serikat di Timur Tengah,” kata Presiden Rusia Vladimir Putin pekan ini.
Baik Putin maupun Presiden Tiongkok Xi Jinping telah berupaya memperdalam hubungan dengan negara-negara selatan karena melihat peluang ekonomi serta mungkin hal ini merupakan cara untuk mengimbangi pengaruh diplomatik Amerika Serikat dan sekutunya.
Hal ini terlihat ketika Tiongkok menjadi tuan rumah pertemuan puncak Belt and Road Initiative (BRI) pada Rabu (18/10/2023). Program yang diusung oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping ini telah memberikan pinjaman ratusan miliar Dolar untuk proyek-proyek infrastruktur di Timur Tengah, Afrika, Amerika Latin, dan Asia.
Putin hadir dan berunding selama tiga jam dengan Xi Jinping.
“secara mendalam bertukar pandangan mengenai situasi Palestina dan Israel”, kata Tiongkok.
“Tiongkok dan Rusia masih melihat (krisis ini) lebih berkaitan dengan Amerika Serikat dibandingkan dengan Palestina atau Israel,” kata Jon Alterman, direktur Program Timur Tengah di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.
“Jika Amerika Serikat dapat secara efektif menggalang dukungan dari seluruh dunia, maka hal ini akan berdampak buruk bagi mereka. Jika Amerika dan sekutu-sekutunya semakin terisolasi, mereka akan melihat hal tersebut sebagai hal yang baik bagi mereka.” Lanjutnya.