Dr Teo Tang Wee, wakil direktur meriSTEM@NIE yang menjadi koordinator pelatihan menegaskan komitmen Singapura dengan dibantu Temasek Foundation dalam membantu pengembangan kapabilitas guru-guru pengajar STEM di Indonesia. ”Kami sangat gembira dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memberikan pelatihan ini, karena kami dapat berbagi apa yang menjadi pengalaman berharga pendidikan di Singapura,” jelas Dr Teo. Dia menambahkan juga selain Indonesia, NIE juga bekerja sama membantu India dalam pelatihan guru STEM. Secara umum, Singapura menjadi tolok ukur kualitas pembelajaran STEM, tidak hanya di Asia Tenggara tapi juga dunia. Nilai Singapura dalam pengukuran PISA (Program for International Student Assesment) pun tertinggi di dunia. “Karena itu sangat wajar jika Indonesia belajar dan berlatih dari Singapura yang nantinya dapat dikenbangkan oleh para guru di sekolah di daerah masing-masing,” ujar Satrya lagi.
Pelatihan ini diikuti guru-guru dari beragam daerah di Indonesia mulai dari Sumatera Utara hingga Poso Sulawesi. Selama satu minggu menjalani pelatihan, para guru tersebut mempelajari dan menambah pengetahuan mengenai pengintegrasian teknologi dalam pengajaran STEM, workshop coding dan data komputasi serta tentunya membangun jejaring dengan guru serta pengajar STEM di sekolah-sekolah di Singapura.
Program pelatihan ini dalam upaya mendukung program peningkatan kualitas STEM pada murid sekolah di Indonesia. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan program PembaTIK (Pembelajaran Berbasis TIK) dan Kihajar (Kita Harus Belajar) pada bulan Juni lalu yang diikuti oleh lebih dari 29 ribu guru dari berbagai jenjang di seluruh wilayah Indonesia. Sementara pendaftar Kita Harus Belajar Science, Technology, Engineering, Math (Kihajar STEM) pada 2022 sebanyak 9.585 tim dan berasal dari 2.386 sekolah. Dari 2.386 sekolah yang mendaftar Kihajar STEM 2022, 60 persen sekolah di antaranya telah mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.