Search

Sri Mulyani Indrawati Jelaskan Tarik Utang Baru

Aulanews.id – Menteri Keuangan RI ini telah menarik utang baru Rp 198,9 triliun sampai September 2023. Realisasi itu disebut masih sangat kecil dari target penarikan utang tahun ini yang sebesar Rp 696,3 triliun.

“Sampai September realisasinya sebetulnya masih sangat kecil. Pembiayaan utang kita sebesar Rp 198,9 triliun, ini artinya kita baru merealisir 28,6% dari alokasi pembiayaan utang,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Rabu (25/10/2023).

Sri Mulyani menyebut penarikan utang itu turun tajam 58,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Rinciannya, pembiayaan utang sampai September 2023 terdiri dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto sebesar Rp 181,4 triliun dan pinjaman neto sebesar Rp 17,4 triliun. “Pengadaan utang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan tahun 2023 dan antisipasi tantangan tahun 2024,” tuturnya.

Baca Juga:  Suhartoyo Menahan Tangis saat Pidato

Sebagai informasi, sampai September 2023 APBN masih surplus Rp 67,7 triliun atau 0,32% terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal itu karena pendapatan negara mencapai Rp 2.035,6 triliun, masih lebih besar dari belanja negara yang senilai Rp 1.967,9 triliun.

Meski begitu, di akhir tahun APBN 2023 diperkirakan defisit Rp 486,4 triliun atau 2,3% terhadap PDB. Sri Mulyani mengupayakan agar bisa lebih rendah. “Akan ada perubahan dari surplus menjadi defisit dalam 3 bulan ke depan (Oktober-Desember 2023). Kemungkinan defisit kita bisa lebih rendah dari 2,3% atau dalam hal ini yang tadinya di laporan semester kita perkirakan Rp 486,4 triliun, mungkin bisa ditekan lebih rendah,” tuturnya.

Baca Juga:  Kemenag Harap Saudi Berikan Kuota Haji 2022 Maksimal untuk Indonesia

Sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati menyatakan 60 negara di dunia saat ini mengalami permasalahan utang yang tinggi. Hal itu terjadi karena kesukaan berutang dan pengelolaan fiskal yang tidak disiplin. Sri Mulyani membeberkan negara yang mengalami krisis utang di antaranya Italia, Spanyol, Portugal, Inggris, Prancis, Jerman, hingga Yunani. “Jadinya ekonomi dan keuangan negaranya situasinya sangat tidak baik,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Aulanews.id – Dalam fitur ini, bagian dari a seri mengeksplorasi perdagangan manusia di Sahel, UN News berfokus pada perdagangan obat-obatan terlarang. Menurut laporan baru dari Kantor PBB untuk Narkoba dan...

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist