“Anak-anak itu kalau pagi sampai sore umumnya mereka bekerja membantu perekonomian keluarga, maka kami buka kelas di sore dan malam hari,” sebutnya.
Bantuan Internet dari Dana Zakat
Uswatun memaparkan, anak-anak difabel yang kemampuan mobilitasnya terbatas dan 70 persen kegiatan belajarnya secara daring, juga bisa ikut pembelajaran pada sore maupun malam hari.
Para siswa akan diberikan gawai dan bantuan kuota akses internet bulanan. Dana untuk memberi kuota internet bulanan sendiri diambil dari dana zakat yang dikelola oleh Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng.
“Para peserta sekolah virtual yang sudah menyelesaikan pendidikan mendapat ijazah SMA negeri sesuai dengan afiliasi kelas mereka,” kata dia.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengungkap, penyelenggaraan sekolah virtual adalah untuk membantu lulusan sekolah menengah pertama yang kesulitan melanjutkan pendidikan.
“Konsepnya agar anak dapat kesempatan belajar, bahkan ada yang boro (pekerja di luar kota), tapi mereka tetap ingin sekolah, sehingga kita bikin kelas virtual. Agar aksesibilitasnya lebih nyaman, kita dampingi dan bantu,” terangnya.
Apabila hasil sekolah virtual tingkat sekolah menengah atas ini bagus, maka Pemprov Jateng akan bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memperluas jangkauan sekolah virtual.