Aulanews.id – Perang antara militer yang bersaing, Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF), yang kini memasuki bulan kesebelas, tidak hanya merenggut ribuan nyawa tetapi juga telah menciptakan krisis pengungsi internal yang besar.
Lebih dari enam juta orang mencari perlindungan di Sudan dan 1,7 juta orang terpaksa mengungsi ke negara tetangga.
Memberikan pengarahan kepada para duta besar di Dewan Keamanan, Sekretaris Jenderal António Guterres mengimbau semua pihak di Sudan untuk mematuhi gencatan senjata di bulan Ramadhan.
“Saya menyerukan kepada semua pihak di Sudan untuk menghormati nilai-nilai Ramadhan dengan menghormati penghentian permusuhan di bulan Ramadhan,” katanya.
“Penghentian permusuhan ini harus mengarah pada penghentian penggunaan senjata di seluruh negeri dan menetapkan jalan tegas menuju perdamaian abadi bagi rakyat Sudan,” tambahnya, menekankan, “nilai-nilai Ramadhan harus ditegakkan.”
‘Waktu sangat penting’Permohonan Sekjen PBB tersebut muncul ketika krisis kemanusiaan di Sudan mencapai proporsi yang sangat besar, dengan lebih dari separuh populasi, atau 25 juta orang, membutuhkan bantuan untuk menyelamatkan nyawa.
Konflik ini juga telah menyebabkan 18 juta orang mengalami kerawanan pangan akut, jumlah tertinggi yang pernah tercatat selama musim panen.
“Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitra kemanusiaan kami melakukan segala yang kami bisa untuk membendung penderitaan ini. Namun kami menghadapi tantangan besar dalam upaya kami menjangkau jutaan orang yang membutuhkan,” kata Guterres.
Ia menyambut baik keputusan pemerintah Sudan baru-baru ini untuk memfasilitasi akses kemanusiaan namun menekankan perlunya upaya berkelanjutan, termasuk mengatasi kerawanan pangan kronis di daerah yang sulit dijangkau.
Menyerukan para pejuang untuk memberikan akses kemanusiaan segera dan penuh ke populasi rentan, dengan memanfaatkan semua rute yang tersedia, Sekjen PBB juga mendesak komunitas internasional untuk mendukung Rencana Respon Kemanusiaan Sudan 2024 yang kekurangan dana.
“Banyak nyawa yang dipertaruhkan dan waktu adalah hal yang sangat penting,” tegasnya.
Krisis hak asasi manusiaBeralih ke krisis hak asasi manusia yang semakin meningkat, Sekretaris Jenderal menyatakan kekhawatirannya atas serangan tanpa pandang bulu, penjarahan, penangkapan sewenang-wenang, penghilangan paksa, penyiksaan, serta perekrutan dan penahanan anak-anak.
Laporan mengenai kekerasan seksual sistematis terkait konflik, termasuk pemerkosaan dan perdagangan manusia, menambah kekhawatiran yang semakin besar.