Sudah tiga tahun Sidiq menimba ilmu di pesantren ekologi ini, selama itu ia mengonsumsi pangan yang berasal di lingkungan pesantren. Tiap komoditas diklasifikasikan ke dalam 42 zona di atas lahan 1 hektare milik pesantren.
“Untuk karbohidrat ada dari beras, kita selingi juga dengan jagung atau sorgum. Namun, karena ini musim penghujan terus, paling kita yang paling banyak itu dari talas atau umbi ganyong, karena setiap musim ada dan dia tidak terpaut dengan iklim,” ujarnya.
Sidiq pun mengajak detikJabar melihat aneka tanaman herbal yang dibuat teh seperti telang. Di sana terdapat fasilitas untuk mengeringkan teh dan pengemasan. Teh-teh dari bunga yang berkhasiat menyembuhkan keluhan medis itu pun dijual di gerai-gerai penjual komoditas organik di Jawa Barat.
Setiap hasil pangan akan dikonsumsi oleh penghuni Pondok Pesantren, sementara hasil yang berlebih atau surplus dijadikan komoditas untuk dijual kepada komunitas lain atau jejaring pesantren.
Saat ini, ada sekitar 15 santri yang bermukim sambil menimba ilmu agama dan pertanian di Ath-Thaariq.
“Agendanya biasanya Subuh, jadi setelah Subuh siap-siap sekolah. Ada yang kuliah juga, habis Maghrib kumpul semua sampai ke setengah 10-an, yang mungkin ada waktu luang, sebelum sekolah atau kuliah kita siram tanaman, kalau musim hujan kita cabuti rumputnya sore,” pungkasnya.