“Rudal pertama saat menghantam, menghantam pintu masuk unit gawat darurat. Kami mencoba masuk, lalu rudal kedua menghantam, dan rudal ketiga menghantam gedung di dekatnya,” kata Hussam Abu Safia, kepala rumah sakit.
“Kami tidak bisa kembali ke dalam… Unit gawat darurat menyediakan layanan untuk anak-anak, orang tua dan orang-orang yang berada di dalam departemen rumah sakit.”
Warga dan petugas medis mengatakan bahwa tank-tank Israel mengepung rumah sakit lain di Jabalia, Rumah Sakit Al-Awda, untuk hari ketiga. Di Jenewa, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, warga Gaza utara yang sakit dan terluka kehabisan pilihan.
“Ini adalah satu-satunya rumah sakit fungsional yang tersisa di Gaza utara,” kata Tedros. “Memastikan kemampuan mereka untuk memberikan layanan kesehatan sangat penting.”
Lebih dari 35.000 warga Palestina telah terbunuh dalam perang di Gaza, yang kini telah memasuki bulan kedelapan, menurut kementerian kesehatan Gaza. Setidaknya 10.000 orang lainnya hilang dan diyakini terjebak di bawah bangunan yang hancur, katanya.
Israel berusaha untuk membasmi Hamas setelah para militan dari kelompok tersebut menyerbu masuk ke Israel selatan pada tanggal 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 orang, menurut perhitungan Israel.
Perang tersebut telah menghancurkan daerah kantong pantai yang padat penduduknya, menghancurkan rumah-rumah, sekolah-sekolah dan rumah sakit serta menciptakan krisis kemanusiaan yang mengerikan.
Bantuan dari dermaga yang dibangun AS kembali masuk ke gudang-gudang di Gaza pada hari Selasa dengan menggunakan rute alternatif, kata Pentagon. Distribusi sempat terhenti selama tiga hari setelah kerumunan warga yang membutuhkan menghadang truk-truk bantuan.