“Tekanan ada di PERSIB. Sebab, Madura United mah asup final oge geus alus. Jadi, mereka justru bisa main lepas. Sebaliknya, PERSIB yang tertekan. Butuh pemain yang berani berani pegang bola dan menikmati permainan,” kata Abah Iwan.
Ketegangan berlanjut hingga babak kedua. Gol Ciro Alves di menit 70, sedikit meredakan ketegangan para legenda. Namun, tetap saja mereka belum tenang. “Menang 1-0 belum aman. Bagusnya nambah, minimal satu lagi,” tutur Away.
Harapan Away yang menjadi penjaga gawang utama saat PERSIB menjuarai Liga Indonesia 1994/1995 terwujud, meski harus menunggu hingga injury time. Bukan hanya satu, tapi dua gol yang diborong David da Silva.
Para legenda pun sumringah dan menyambut kemenangan gemilang dengan suka cita bersama puluhan ribu Bobotoh yang memadati Stadion Si Jalak Harupat. Mereka pun tanpa sungkan menyanyikan lagu “Kami Biru” dari Yannahead bersama Bobotoh lain.
“Biru di haiku/Biru di jiwaku/Biru di hatiku/Kami mendukungmu”, lirik itu dengan lantang dinyanyikan Abah Iwan dan para legenda PERSIB lainnya.
“Reugreug kalau 3-0. Insya Allah PERSIB juara lagi. Kita tinggal mempertahankan keunggulan itu di Madura,” ujar Munir menutup selebrasi kemenangan PERSIB di malam yang membahagiakan tersebut. Semoga.***