Saya : Nggeh mbah matur nuwun, njenengan badhe teng pundi mbah, kok sampun dalu taseh teng mriki? (iya nek, terima kasih, Nenek dan Kakek mau kemana kok malam-malam begini masih disini?)
Nenek : Niki badhe mantuk teng griyo, monggo (Oh, ini mau pulang ke rumah, mari nak)
Saya : Monggo mbah ( Silahkan nek)
Singkat cerita, akhirnya saya menuruti saran kedua orang tua pembawa kayu tersebut. Saya menyusuri jalan setapak yang dimaksud, dan memang benang bisa nyampek disebuah kampung dalam 15 menit.
“Bener juga info si nenek tadi,” kata saya dalam hati. Saya sampai disebuah kampung, kampung biasa rumahnya, juga seperti rumah pada umumnya seperti kita sekarang.
Saya akhirnya kembali ke tenda, bermaksud membangunkan kawan-kawan untuk bergegas ke kampung tersebut. Namun, ditengah perjalanan saya bergumam “ oh iya persediaan rokok saya dan kawan-kawan habis,” kata saya dalam hati.
Saya berniat membeli rokok di salah satu warung di tempat tersebut, tapi saya baru sadar bahwa ternyata masih dini hari dan warungnya belum buka. Saya tahu waktu itu adalah dini hari, karena saya mendengar suara imsak.
Akhirnya saya putuskan balik ke tenda, batal mencari warung di kampung tersebut.
Sesampainya di tenda, saya masih melihat jasad saya disana sedang tidur, begitu saya masuk tenda. Saya sudah tidak mengingat lagi.
Saya baru tersadar, ketika kawan-kawan membangunkan saya saat makan sahur tiba.