Disinilah mereka bercerita, bahwa sedang menunggu di persimpangan arah ke puncak Rengganis dan Puncak Sesungguhnya. Anehnya, mereka tak nampak saya melewati jalur ke Puncak Rengganis, atau belok di jalur puncak sejati Argopuro. Padahal sebelum sampai dipersimpangan tersebut, hanya ada satu jalur, tidak ada jalur lainnya.
Mereka akhirnya memutuskan untuk memecah tim, dua orang terus menuju puncak Rengganis dan 3 orang lainnya kembali ke Selter Cisentor.
Hasilnya, 2 orang yang menuju puncak, gagal sampai di puncak Rengganis, karena dikepung hujan sangat lebat disertai angin, selama lebih dari satu jam. Setelah hujan reda mereka memutuskan untuk balik ke Cisentor, karena sampai sejauh mereka berjalan tak mendapati ada jejak orang berjalan sama sekali.
Setelah saling bertukar cerita, kamipun memutuskan untuk bermalam satu hari lagi di Cisentor, dan besok pagi ke-lima kawan ini melanjutkan submit yang tertunda hari ini.
Malam kedua Cisentor berjalan wajar dan tak ada kejadian ganjil. Keesokan paginya mereka kembali sumit ke puncak Rengganis. Namun, sayang mereka gagal sumit ke Puncak Rengganis akibat hujan lebat disertai angin yang kali ini lebih dar 2 jam.
Singkat cerita mereka memutuskan untuk balik ke selter Cisentor dan kita semuanya memutuskan untuk langsung turun via jalur Bremi. Dan berharap bisa sampai di Taman Hidup sebelum waktu buka puasa.
Sekitar pukul 17.30 kami tak juga menjumpai pos Taman Hidup. Akhirnya kami memutuskan untuk bermalam dataran rata yang hanya cukup untuk mendirikan satu tenda disamping aliran anak sungai. Lokasi bermalam kami, berada di anak sungai setelah melewati hutan lumut.
Malam Terakhir di Argopuro dan Lepasnya Roh dari Jasad
Ya malam ini adalah malam terakhir tim kami diargopuro. Setelah selesai berbuka puasa dan menunaikan Sholat Isya berjamaah, kamipun seperti biasa bercerita seputar pendakian hingga sekitar pukul 23.00. Kami memang tidur lebih malam dari biasanya, mengingat besok diprediksi sudah akan sampai di Base Camp Bremi.
