Aulanews.id, JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan memasuki bulan September, bencana hidrometeorologi basah atau musim hujan kembali mendominasi. Setelah selama hampir sebulan selama Agustus kejadian bencana hidrometeorologi kering atau kemarau yang mendominasi.
Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangan resminya, Rabu (31/8/2022) menyatakan selama bulan Agustus, frekuensi kejadian bencana kemarau yakni kekeringan dan kebakaran hutan masih tinggi. “Memasuki September akan lebih banyak dari hidrometeorologi basah,” tegas Abdul Muhari.
Pria yang akrab disapa Aam ini menjelaskan bencana hidrometeorologi basah yang patut diwaspadai antara lain banjir, banjir bandang, tanah longsor, cuaca ekstrem, dan abrasi pantai. “Memasuki bulan September ini, kembali bencana hidrometeorologi basah yang dominan,” tambah kata Aam.
Artinya kata Aam, periode kering yang dialami di tahun ini sangat singkat. Biasanya, musim kemarau mulai Juni, Juli, Agustus, kemudian September, Oktober, November masuk peralihan dari kemarau ke hujan, dan pada Desember, Januari, Februari masuk puncak musim hujan.
“Tetapi saat ini di Juni, Juli, Agustus ini kita memiliki waktu kering. Lalu di akhir Agustus masuk bulan September ini kita sudah balik lagi di musim hujan di mana harus waspadai kejadian banjir yang merata hampir di seluruh Indonesia, mulai dari Aceh, Kalimantan, Sulawesi sampai Papua,” jelas Aam.
Oleh karena itu Aam mengimbau, agar masyarakat lebih waspada terhadap curah hujan yang Kembali akan meningkat. “Peringatan dini buat kita, bahwa kita sudah mulai bergeser lagi ke musim hujan, meskipun potensi kebakaran hutan dan lahan masih ada,” tandasnya.(Vin)