Search

Majelis Sastra Urban #15 Kantong Sastra Surabaya Ada di Kampus

Koordinator Majelis Sastra Urban Ribut Wijoto menuturkan, puisi-puisi Mahmoud Darwish layak untuk dibicarakan karena mengandung 2 aspek penting. Pertama dari aspek puitik. Puisi Mahmoud Darwish telah memberi kontribusi terhadap tradisi sastra Arab modern.

Kedua dari aspek ketajaman pandangan atas tema. Mahmoud Darwish secara konsisten memerjuangkan kemerdekaan Palestina. Perjuangan yang membuat dia, bahkan, terusir dari negerinya (eksil) sampai ajal menjemput.

“Saya membaca buku puisi Mahmoud Darwish ‘Surat dari Penjara’ terjemahan Brah Muhammad. Saya rasakan, di situ, puisi memiliki gelora untuk memerjuangkan sesuatu. Suara dari suatu wilayah, suara dari suatu kultur, suara dari suatu kaum, suara dari gejolak sosial politik. Juga suara dari kesepian, senyap, dan impian-impian personal. Puisi yang mungkin ideologis atau propaganda tapi tetap hadir sebagai sebuah puisi,” kata Ribut.

Baca Juga:  KAI Beri Diskon Tiket Kereta 20 Persen

Anggota Tim Kreatif Majelis Sastra Urban Alfian Bahri menambahkan, Mahmoud Darwish telah menerapkan perlawanan melalui puisi. Sebuah perlawanan yang dimulai dari perenungan dan kesedihan. Sehingga mempunyai kekuatan dasar yang kuat, ketimbang melawan dengan fisik dan ungkapan berapi-api.

“Darwish mengajak pembaca bukan hanya untuk melakukan perlawanan, tetapi juga untuk dengan bijak menyalurkan perlawanan lewat perenungan, penyesalan, hasrat perjuangan, dan kekalahan. Ini jelas berbeda dengan konsep perlawanan yang selama ini dikenal dalam perspektif umum. Cara pandang Darwish justru lebih mengedapankan keintiman dan keontetikan yang mendasar,” ujar Alfian yang sehari-hari bekerja sebagai guru di SMP Kawung 1 Surabaya.

Lihat Galeri Pengacara Cassie Ventura telah merilis pernyataan menyusul permintaan maaf video Sean “Diddy” Combs menyusul rilis rekaman dari tahun 2016 di mana dia diduga memukuli Ventura, 37, di sebuah...

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist