“Hal ini bertujuan untuk memudahkan dan mensentralisasi mobilitas aktivitas,” imbuhnya.
Farhan mengatakan, dari segi struktur dan material, Kompleks Pringdarya ini sebagian besar bangunan menggunakan beton ramah lingkungan sebesar 20 persen, baja 10 persen, serta kayu gulam sebesar 70 persen. Dengan bahan tersebut, selain lebih ramah lingkungan, bangunan ini juga dirancang untuk tahan gempa.
“Konsep desain ini juga memanfaatkan bambu sebagai bahan pembuatan facade yang mampu mengurangi radiasi matahari dan lebih elegan,” lanjutnya.
Tidak hanya itu, desain Kompleks Pringdarya ini juga memperhatikan keberlanjutan dalam hal penggunaan energi, serta manajemen air dan sampah. Dalam hal energi, kawasan ini memanfaatkan panel surya yang dipasang di atas setiap bangunan. Selain itu, pengelolaan air juga dirancang seefisien mungkin dengan konsep penggunaan kembali.
“Untuk pengelolaan sampah, kami merancangnya sebagai sistem pembuangan otomatis dan terpusat yang terhubung dengan pipa,” terang Farhan.
Dengan berbagai ide dan inovasi tersebut, tim yang juga beranggotakan dua mahasiswa Teknik Sipil lainnya dan mahasiswa Arsitektur ini mampu meraih juara 3 dalam ajang kompetisi Futuristic University Campus Design (Fucad) yang digelar oleh Universiti Teknologi Petronas, Malaysia Kompetisi berskala internasional yang digelar secara hybrid. “Usaha kami selama beberapa minggu dengan menggabungkan beberapa disiplin ilmu ini akhirnya membuahkan hasil,” pungkasnya.