“Baik Rusia maupun sekutu Barat kami tidak memandang kami netral,” katanya.
Sekitar dua pertiga ekspor Swiss ditujukan ke Amerika Utara, Uni Eropa, Inggris, Jepang, dan Australia. Kurang dari 1% pergi ke Rusia.
Para pendukung keberpihakan Barat juga mencatat bahwa Swiss hampir seluruhnya dikelilingi oleh negara-negara NATO, yang bertindak sebagai penyangga terhadap potensi gangguan eksternal.
“Netralitas adalah sebuah penolakan bagi suatu negara yang pada dasarnya mendapatkan kebebasan dari keamanan yang diberikan negara lain,” kata Franziska Roth, anggota parlemen Swiss dari Partai Sosial Demokrat yang berhaluan kiri-tengah.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, dua negara Eropa lainnya yang secara historis netral, Swedia dan Finlandia, telah bergabung dengan NATO.
Sebagai anggota PBB, Swiss memiliki kewajiban untuk menegakkan hukum internasional, yang dilanggar oleh invasi Rusia, kata Roth. Membantu Ukraina pulih dari kondisi tersebut lebih diutamakan daripada gagasan netralitas yang sudah ketinggalan zaman, tambahnya.
Namun, netralitas berakar kuat dalam jiwa Swiss dan membuangnya sama saja dengan menghapuskan monarki di Inggris, terlepas dari kekuatan geopolitik yang menyerang negara tersebut, kata mantan duta besar Woker.
Sebuah studi yang diterbitkan pada bulan Maret oleh Pusat Studi Keamanan di ETH Zurich menunjukkan bahwa 91% warga Swiss merasa negaranya harus tetap netral, meskipun 26% juga mendukung pengambilan “pendirian yang jelas” yang memihak satu pihak dalam konflik militer asing, naik 8 poin persentase mulai tahun 2021.
Hal ini juga menunjukkan mayoritas mendukung Swiss untuk semakin dekat dengan NATO.