Saat kita belajar tentang suatu subjek, sering kali kita cenderung menganggap bahwa kita telah memahami dan mengetahui segalanya tentangnya. Namun, pada kenyataannya, kita mungkin belum cukup terampil atau berpengetahuan untuk menyadari bahwa masih banyak hal yang harus dipelajari. Kita mungkin belum dapat menilai pengetahuan dan kemampuan kita secara akurat, dan mungkin belum dapat menggali secara mendalam tentang subjek tersebut. Inilah yang menyebabkan kita merasa kita tahu lebih banyak daripada yang sebenarnya. Misalnya, jika kita hanya mengandalkan informasi dari media sosial tentang topik seperti Perang Dunia, kita mungkin merasa cukup menguasainya. Namun, tanpa melakukan pembelajaran yang lebih mendalam atau melakukan penelitian, dan tentunya tanpa pengalaman langsung dalam peristiwa tersebut, kita mungkin terlalu percaya diri dan lebih mengetahui tentang Perang Dunia. Hal ini memunculkan apa yang dikenal sebagai efek Dunning-Kruger, di mana kita cenderung merasa lebih kompeten daripada yang sebenarnya, karena kurangnya kesadaran akan batasan pengetahuan dan keterampilan kita.
Dengan informasi dari media social tentang perang dunia, bukan berarti kita telah memahami secara mendalam tentang subjek tersebut. Pengalaman tersebut hanya seperti melihat puncak dari gunung es, tanpa memahami seberapa besar es yang tersembunyi di dalam air. Hal ini dapat membuat kita hidup dalam ilusi bahwa kita sudah menguasai dan mengetahui segalanya. Pola ini sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, baik dari teman yang sok tahu, siswa yang merasa pintar namun mendapat nilai rendah, hingga karyawan yang merasa tidak puas karena orang lain mendapat promosi. Laporan kinerja memberikan pandangan objektif tentang kinerja seseorang tanpa prasangka. Namun, bagi mereka yang kurang memahami pekerjaannya, mereka mungkin tidak akan puas dengan hal itu. Mereka merasa lebih baik dari yang tercantum dalam laporan. Ini seringkali menghasilkan alasan-alasan seperti menyalahkan bos atau meremehkan rekan kerja yang mendapat promosi. Mereka jarang berhenti sejenak, merenung, dan menyadari bahwa masih banyak hal yang perlu dipelajari.
Sebuah penelitian dilakukan pada seluruh insinyur di suatu perusahaan, diminta untuk menilai kinerja mereka dibandingkan dengan rekan-rekan sejawat. Sebanyak 42% dari mereka percaya bahwa mereka termasuk yang terbaik dan berada di 5% teratas di perusahaan. Dalam kasus lain, para profesor di sebuah universitas diminta untuk menilai kualitas pengajaran mereka, apakah rata-rata, di bawah rata-rata, atau di atas rata-rata. Sebanyak 94% dari semua profesor merasa bahwa mereka mengajar dengan kualitas di atas rata-rata, sebuah angka yang tidak masuk akal secara matematis. Meskipun mereka sering menilai kinerja orang lain, tampaknya mereka kurang mampu menilai diri sendiri secara akurat.