Berdasarkan data dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PMPTSP) Jawa Tengah, realisasi investasi pada tahun 2016 mencapai Rp 38,18 triliun, pada tahun 2017 mencapai Rp 51,54 triliun, 2018 mencapai Rp 59,27 triliun, dan 2019 mencapai Rp 59,50 triliun.
Pada tahun 2020, dampak pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan investasi menjadi sekitar Rp 50,24 triliun, tetapi kembali naik pada tahun 2021 menjadi Rp 52,71 triliun. Pada tahun 2022, investasi di Jawa Tengah mencapai Rp 58,89 triliun dan diperkirakan akan terus tumbuh pada tahun 2023.
“Kita akan mengundang para investor. Silakan datang kepada kami dan diskusikan kemungkinan penerapan di Jawa Tengah, termasuk lokasinya,” tambah Ganjar.
Ganjar telah berhasil mengimplementasikan potensi ekonomi seperti panas matahari, gas rawa, geothermal, angin, dan air. Dari sumber-sumber ini, Jawa Tengah mengembangkan Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti geotermal, pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), dan penggunaan jaringan gas sebagai alternatif LPG 3 Kg.
Saat ini, terdapat 2.353 Desa Mandiri Energi (DME) di Jawa Tengah yang menggunakan EBT. Dari jumlah tersebut, terdapat 2.167 DME inisiatif, 160 DME yang sedang berkembang, dan 26 DME yang telah mapan.
Dalam Central Java Investment Business Forum 2023, Ganjar mempresentasikan peluang investasi di sektor EBT kepada 250 calon investor dari dalam dan luar negeri. Ganjar juga menyatakan keterbukaannya terhadap seluruh investor yang tertarik berinvestasi di sektor EBT dan akan memfasilitasi kerja sama dengan berbagai pihak terkait.
“Ganjar juga berkomitmen untuk memfasilitasi investasi yang terkait dengan energi terbarukan ini, termasuk dengan PLN. Saya akan menjembatani dengan PLN apabila hal tersebut terlihat mungkin dan dapat mendukung investasi,” tutup Ganjar.