“Sekam padi ini kami sudah menganggapnya sebagai limbah. Namun setelah kami diberikan pemahaman bahwa ternyata limbah sekam padi ini masih bisa digunakan untuk co-firing di PLTU Jeranjang. Terima kasih PLN, kami merasa sangat terbantu, yang bisa memutar perekonomian kami terutama masyarakat sekitar dan pengelola sekam padi ini,” kata Sultansyah.
Sementara itu, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, dalam menuju transisi energi bersih, PLN tidak berjalan sendiri. PLN berkolaborasi dengan melakukan pemberdayaan masyarakat misalnya dalam penggunaan co-firing.
“Melalui program ini, kami tidak hanya bermaksud mengganti batu bara dengan biomassa, tetapi juga membangun rantai pasok biomassa yang andal dengan melibatkan masyarakat yang dalam penyediaannya memiliki dampak ekonomi untuk masyarakat secara langsung,” ucap Darmawan.
Kehadiran program ekonomi kerakyatan co-firing ini juga merupakan langkah nyata PLN menjawab persoalan global. Untuk terus menjaga keberlangsungan pasokan biomassa, PLN juga telah merintis pembangunan rantai pasok melalui program pendampingan, pilot project pengembangan skala kecil sampai dengan komersialisasi biomassa yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.
“Co-firing bukanlah upaya untuk mengurangi emisi saja, namun kami sadar ada unsur ekonomi sirkular yang bisa membentuk ekosistem energi kerakyatan melalui pemberdayaan masyarakat,” jelas Darmawan.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah NTB, Sudjarwo menjelaskan bahwa sepanjang tahun 2022 ini, PLN telah mengimplementasikan teknologi co-firing ini di dua lokasi PLTU di NTB, yaitu PLTU Jeranjang yang berlokasi di Desa Taman Ayu, Lombok Barat dan PLTU Sumbawa Barat di Taliwang, Kab. Sumbawa Barat.