Cerita Pedagang Pohon Pinang di Jakarta Sepi Pembeli Jelang HUT Ke-78 RI

Seorang sedang merias pohon pinang dan siap dijual di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan
Seorang sedang merias pohon pinang dan siap dijual di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan

Meski begitu, lanjut dia, para pembeli pasti ada saja, tak harus dipergunakan untuk lomba panjat pinang. Tetapi, juga bisa untuk dibuat berbagai bangunan.

“Ada yang (beli) untuk bangun WC umum di pinggir kali. Ada yang bisa buat saung-saungan atau buat bangku tongkrongan. Jadi, tetap ada manfaatnya lah,” tandasnya.

Tak jauh dari lokasi Fajar, ada pedagang pohon pinang yang lain, namanya Subur. Ia mengaku sudah berdagang sejak 1996, saat masih remaja dan membantu usaha kedua orang tuanya.

Ngurusin beginian dari kecil, bantuin orang tua, bapak emak. Kira-kira dari tahun 1996,” tutur Subur.

Ia mendapatkan pohon pinang dari Rangkasbitung, Banten. Sebanyak 38 batang pohon pinang sepanjang sembilan meter disiapkan menyambut HUT Ke-78 RI. Per batang, dibanderol harga kisaran Rp400 ribu.

“Harga satuan, dari sananya Rp300 ribu satu batang. Setelah disisik (dikuliti) tambah Rp50 ribu, kalau sama dilubangin Rp70 ribu. Kurang lebih 10 sudah keluar tadi,” kata Subur.

Ia bilang, proses pengerjaan untuk menguliti satu batang pohon dikerjakan dalam waktu 2-3 jam. Dalam sehari, Subur bisa memproses 3 batang pohon untuk dikuliti, diamplas, dan siap untuk dipanjat. (MEM)

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist