Saat pandemi Covid-19 melanda, Fajar sama sekali tak berdagang. Tetapi ia melayani beberapa pesanan, dan jumlahnya pun sangat sedikit. Sejak itu, grafik pembelian atau pemesanan pun menurun. Hal itulah yang membuatnya hanya berani mengambil 70 batang pohon pinang untuk dijual.
“Biasanya tanggal 8 itu sudah ada banyak pemesanan. Tahun sekarang berbeda. Dari 70 batang, sekarang sudah dipesan kurang lebih antara 10 sampai 15 batang,” katanya.
Batang pohon pinang yang dijualnya itu diambil dari berbagai wilayah. Di antaranya Banten, Sukabumi, dan Lampung. Dari daerah-daerah tersebut, batang pohon pinang diangkut menggunakan truk fuso bermuatan besar.
Fajar mengatakan, harga satu batang pohon pinang itu berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta. Salah satu faktor yang membuat harganya mahal adalah karena harus membayar jasa panggul.
“Karena itu (diambil) dari hutan, kita bawa ke pinggir jalan. Dari pinggir jalan, kita naikin ke mobil. Itu mentahannya aja lumayan. Mentahannya Rp500 ribuan belum kita kelola. Kalau buat untuk penjualan, bervariasi. Tergantung panjang dan jarak yang mau kita antar. Jadi ada negosiasi,” jelas Fajar.
Ideal panjang satu batang pohon pinang mencapai 12 hingga 13 meter. Tetapi ada pula yang pendek dan biasa digunakan untuk lomba panjat pinang anak-anak, sekitar 7-10 meter. Fajar paling jauh pernah mengantar ke daerah Jakarta perbatasan Tangerang.
Ia tak pernah bisa memprediksi apakah barang dagangannya akan habis terjual atau tidak. Tetapi dari tahun ke tahun, biasanya akan habis terjual sampai akhir Agustus.
“Kalau buat habis, kita nggak bisa prediksi. Biasanya sampai tanggal 30 Agustus pun masih ada yang bikin acara lomba. Kebanyakan sih momen-momen orang buat itu di hari libur. Kita bingung, pernah habis pernah sisa. Makanya risiko jualan pohon pinang itu besar,” jelas Fajar.