Cerita Pedagang Pohon Pinang di Jakarta Sepi Pembeli Jelang HUT Ke-78 RI

Seorang sedang merias pohon pinang dan siap dijual di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan
Seorang sedang merias pohon pinang dan siap dijual di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan

Aulanews.id – Salah satu perlombaan yang identik dengan perayaan hari kemerdekaan adalah panjat pinang. Lomba ini dilakukan dengan memperebutkan hadiah yang sudah digantungkan di atas pohon pinang.

Pohon pinang yang akan dipanjat pun sebelumnya telah dibersihkan, dikuliti, dan diberi pelicin. Keseruan dari perlombaan panjat pinang ini akan terlihat, karena para peserta pasti kesulitan untuk memperoleh hadiah.

Cara yang dilakukan adalah dengan bekerja sama. Biasanya, orang yang memiliki bobot tubuh lebih berat akan menjadi tumpuan di bawah, sedangkan yang berbobot tubuh ringan berada di atas.

Menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Republik Indonesia (RI), para pedagang pohon pinang sudah banyak yang membuka lapak di pinggir jalan. Saban tahun, lapak dagangan pohon pinang itu dimulai sejak 1 Agustus.

Fajar mengaku, usaha berdagang pohon pinang sebelumnya telah dilakukan oleh sang ayah, pada 30-40 tahun silam. Ia menyebut, usaha ini dilakukan turun-temurun. Namun, Fajar menolak jika usaha yang dilakukan saat ini sebagai upaya meneruskan usaha ayahnya.

“Dibilang nerusin juga enggak, cuma kita aja punya ide. Terus dulu kita sering aktif di Karang Taruna. Ya kita sering ngadain perlombaan, ngadain acara, lama-lama ya terjun ke usaha ini. Jadi ini inisiatif usaha saya sendiri,” kata Fajar kepada NU Online, Ahad (12/8/2023) kemarin.

Fajar dibantu oleh 15 orang dalam pengerjaan pohon pinang. Ia mengeluhkan, tahun ini sepi pembeli dan berbeda dari tahun 2022 lalu.

“Tahun ini, saya menurun. Saya hanya menyediakan 70 batang pohon pinang. Tahun kemarin 340-an batang. Kalau tahun kemarin lebih ramai. Kalau sekarang, saya punya inisiatif ngambil 70 batang,” ungkapnya.

Saat pandemi Covid-19 melanda, Fajar sama sekali tak berdagang. Tetapi ia melayani beberapa pesanan, dan jumlahnya pun sangat sedikit. Sejak itu, grafik pembelian atau pemesanan pun menurun. Hal itulah yang membuatnya hanya berani mengambil 70 batang pohon pinang untuk dijual.

“Biasanya tanggal 8 itu sudah ada banyak pemesanan. Tahun sekarang berbeda. Dari 70 batang, sekarang sudah dipesan kurang lebih antara 10 sampai 15 batang,” katanya.

Batang pohon pinang yang dijualnya itu diambil dari berbagai wilayah. Di antaranya Banten, Sukabumi, dan Lampung. Dari daerah-daerah tersebut, batang pohon pinang diangkut menggunakan truk fuso bermuatan besar.

Fajar mengatakan, harga satu batang pohon pinang itu berkisar antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta. Salah satu faktor yang membuat harganya mahal adalah karena harus membayar jasa panggul.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist