Konflik rasial di Darfur ini berawal dari perebutan sumberdaya alam antara suku Arab nomaden dengan suku Afrika yang menghuni tanah di daerah tersebut. Peristiwa itu berawal dari bencana kemarau yang panjang dan kelaparan yang melanda Darfur pada 1983. Bibit perang rasial ini tak bisa dipangkas oleh pemerintah Sudah. Malah, Presiden Al-Bashir ikut masuk dalam konflik dengan menyupport milisi Janjaweed yang merupakan pejuang kulit hitam yang bersenjata dan berbahasa Arab.
Milisi pimpinan Jenderal Dagalo yang digunakan oleh pemerintah Sudan untuk memberantas kaum pemberontak dan anti pemerintah. Mereka adalah Gerakan Keadilan dan Kesetaraan dan Tentara Pembebasan Sudan yang melawan pemerintah akibat tindakan diskriminasi terhadap penduduk asli Darfur.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menulis bahwa Perang Darfur dari 2003-2009 banyak diwarnai dengan tindak kejahatan perang. Milisi Janjaweed yang dituduh membantai rakyat sipil, membunuh perempuan dan anak, merampok, memperkosa dan membakar hunian warga. Tak kurang dari 461 ribu tewas, dan 2,8 juta penduduk mengungsi.
Kini sehabis Perjanjian Damai Darfur 2011 tercapai, dua jenderal yang berlumuran darah rakyat sipil, berperang sendiri dan berebut kuasa di Sudan. Rezim Junta Militer gagal mengkonsolidasi kekuatan militer dalam membangun pemerintahan sipil. Pemilu demi pemilu sudah berulang ditunda untuk menyelesaikan konflik politik yang berkepanjangan setelah Presiden Al-Bashir diturunkan.
Pada zaman Presiden Al-Bashir, resolusi damai antara Sudan dan Sudan Selatan telah menewaskan 2 juta orang selama 21 tahun, pernah digelar pemilu multipartai pertama. Pemilu ini dirancang untuk melakukan transformasi demokrasi dalam membentuk pemerintah demokratis hasil pemilu. Sayangnya, pemilu dibaikot oleh kelompok oposisi, sehingga memudahkan jalan rezim pemerintahan dari Presiden berkuasa memenangkan pemilu.
Pada Pemilu Sudan terakhir pada 2015, pemilu presiden dan parlemen disapu habis oleh presiden petahana dan partai penguasa. Presiden Al-Bashir memperoleh 5,2 juta suara atau setara dengan 94,05 persen. Sisanya diperoleh oleh 14 calon presiden dari partai dan mandiri.
Sementara, Partai Kongres Nasional, partai besutan Presiden Al-Bashir mendapatkan 323 kursi dari 426 kursi parlemen yang diperebutkan oleh 26 partai politik peserta pemilu. Partai pemerintah ini memperoleh suara 3,9 juta dari 4,9 juta pemilih yang hadir dari 13,1 juta pemilih yang daftar.