“Sudah menjadi kebiasaan kami, setiap jam sembilan sampai jam 10, kami selalu video call, bercanda semua. Dia cerita bahwa biasanya banyak mengajar pak, tapi kok sekarang saya dapatnya cuman satu,” tuturnya.
Sementara itu, Adik korban Fatin Nabila Fitri menyatakan, selama mengunjungi kakaknya di Solo, kakaknya selalu berbuat baik dan berkata sopan kepada pelaku. Bahkan ia tidak segan-segan membelikan makanan dan minuman kepada pelaku yang sedang bekerja memperbaiki rumah kakaknya itu.
“Dua minggu saya di Solo, setelah seminggu balik dari Solo, saya ke Surabaya, saya dapat kabar, dia bilang kakak saya tololin dia. Padahal kakak saya setiap ngecek ke rumah itu, cuman datang ngeliat dan berkata ‘Ngih Suwun pak’ sambil ngasih makanan minuman. Kakak saya sering mengajak saya siang bolong mencarikan mereka minuman dna makanan,” ucapnya.
Selain itu, sebelum kejadian pembunuhan itu, ia dan kakaknya sempat mendengar suara langkah kaki di atas genteng rumah kakaknya, bahkan ia dan kakaknya terbangun karena suara langkah kaki mirip manusia itu, terus terdengar hingga tepat di kamar tidur kakaknya.
“Kami dengar suara langkah kaki di atas genteng, karena tidak ngerti bapa, tapi itu kalau jalan itu langsung kedengaran, sudah biasa dengar suara tikus, kucing itu sudah biasa. Saya terbangun jam 12 malam, mendengar langkah kaki pelan, setiap satu langkah diam. Sampai saya merasa suara itu mendekat ke kita tepatnya di lubang ventilator di dekat kamar mandi itu, bisa di buka,” tuturnya.
Karena takut, adik korban kemudian mengambil pisau untuk berjaga diri. Karena mendegar korban masih terbagun, suara langkah itu terhenti hingga pagi. Fatia mengaku menyesal, tidak menyuruh kakaknya itu tidur di rumah temannya, dan membiarkan tidur seorang diri, sehingga korban ditemukan meninggal dunia akibat dibunuh.