Namun, mitra kemanusiaan kini telah memperingatkan bahwa kekurangan bahan bakar untuk pembangkit listrik telah melumpuhkan sistem kesehatan di Gaza, membahayakan nyawa pasien dan membuat pekerja bantuan harus mengambil pilihan yang mustahil.
Pembaruan Gaza Utara Kondisi ini sangat mengkhawatirkan di Gaza Utara yang terkepung dimana pergerakan personel kemanusiaan sangat dibatasi.
Serangan dan permusuhan yang sedang berlangsung di wilayah tersebut telah sangat mengganggu layanan kesehatan bagi para penyintas yang masih tinggal di sana.
Akses ke Rumah Sakit Al Awda di Jabalya – satu-satunya rumah sakit di Gaza Utara yang masih berfungsi sebagian – sangat terbatas.
OCHA melaporkan bahwa pihak berwenang Israel terus menolak upaya yang dipimpin PBB, termasuk upaya terbaru pada hari Rabu untuk mencapai wilayah tersebut.
Di seluruh Jalur Gaza, pihak berwenang Israel hanya memfasilitasi lima dari 15 misi, dengan empat misi terhambat, tiga ditolak, dan tiga lainnya dibatalkan karena tantangan keamanan atau logistik.
“Di Gaza, orang tua dan anak-anak masih hilang di bawah reruntuhan, dipisahkan atau ditahan – nasib mereka belum terjawab. Harapan dibungkam, dan perang brutal terus berkecamuk,” kata Wateridge.
Jalan ke depan Meskipun terdapat kesulitan yang sedang berlangsung, PBB dan mitra-mitranya berupaya untuk menjangkau masyarakat di seluruh wilayah dengan dukungan penting.
Di seluruh Gaza, antara 22 Desember dan 8 Januari, sekitar 560.000 orang menerima layanan kesehatan primer dan sekunder.
Sekretaris Jenderal meminta semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional. “Warga sipil harus dilindungi dan dihormati setiap saat dan kebutuhan penting mereka harus dipenuhi,” kata Dujarric atas namanya.
“Harus ada gencatan senjata segera dan pembebasan segera dan tanpa syarat seluruh sandera yang ditahan di Gaza,” tutupnya dengan tegas.
