Sandeep menjelaskan kedatangannya itu untuk belajar kepada Indonesia, khususnya Nahdlatul Ulama, untuk merawat harmonisasi antarumat beragama di India.
“Saya berpikir Indonesia sebagai referensi yang tepat untuk keharmonisan beragama dan India juga sebagai negara yang beragam (agama) seperti Indonesia. Kami ingin belajar satu dengan lainnya untuk bisa menjaga minoritas, kesepahaman, anak-anak, dan terutama Hak Asasi Manusia,” katanya dikutip dari laman NU Online.
Sandeep merasa, pertemuan tersebut sangat berkesan. Ia menjelaskan bahwa Gus Yahya adalah seorang intelektual muslim yang memiliki visi dan pemikiran yang mencakup segala sisi pengetahuan termasuk global.
“Ia berbicara tentang tradisi bangsa yang dimana hal itu bisa untuk dikerjasamakan baik tingkat pemerintahan sampai perseorangan dan Ia juga berbicara tentang kerja sama antara India dan Indonesia untuk mereduksi sosial dan global konflik,” jelasnya.
Diketahui saat pertemuan tersebut, Gus Yahya ditemani oleh Ketua PBNU Najib Azca dan Sidrotun Naim.
Najib mengatakan bahwa pertemuan itu juga bersisi tentang kerja sama terkait penguatan nilai kebudayaan dan peradaban. Ia merasa Indonesia dan India sendiri memiliki hubungan masa lalu yang cukup kuat.
“Dalam bidang budaya dan peradaban saya kira itu menjadi modal untuk membangun ke depan,” jelasnya.
Selain itu, Najib juga menyebutkan dalam pertemuan antara Gus Yahya dan Sandeep membahas soal pengelolaan dan penyikapan dalam kehidupan bernegara antara mayoritas dan minoritas dalam hal beragama.
“Pak Dubes juga tadi menyampaikan keprihatinannya dan itu menjadi problem yang diakui sebagai problem domestik di India,” terangnya.