Aulanews.id – “Saya tidak menyadari pentingnya sayuran dan bagaimana cara menanamnya,” kata petani berusia 25 tahun asal Idas, Kalimantan Barat, di pulau Kalimantan. “Sekarang aku tahu.”
Ia, bersama dengan 50 orang tetangganya di desa yang berada di antara perbukitan di barat laut Kalimantan, menerima benih sayuran dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kursus pelatihan tentang cara menanam tomat, mentimun, dan kacang tanah, makanan yang dapat mengurangi risiko keluarga mereka terhadap penyakit. penyakit.
Kornelia Icha memilah kacang tanah yang ditanamnya di lahan miliknya.
Bukti, bukan intuisiIdas adalah satu dari empat dari 160 desa di kabupaten ini yang menjadi sasaran intervensi pemerintah berkat pembuatan kebijakan berbasis data. Dengan menggunakan metodologi ketat yang berfokus pada data yang dikembangkan oleh Program Pangan Dunia (WFP) PBB, Kantor Ketahanan Pangan di distrik tersebut menerbitkan rekomendasi kepada semua kantor pemerintah daerah untuk memusatkan upaya pada permukiman ini.
Hal ini mendukung tujuan pemerintah untuk memberikan bantuan yang ditargetkan untuk mencegah stunting, suatu kondisi yang kronis.
“Tanpa penelitian dan data yang kuat, bahkan upaya terbaik untuk mengurangi kerentanan ketahanan pangan akan seperti sebuah tembakan dalam kegelapan,” kata Nur Affandi, Kepala Dinas Ketahanan Pangan di Singgau, ibu kota daerah. “Untuk menargetkan intervensi dengan benar dan menciptakan kebijakan yang benar-benar membawa perbedaan, kita harus mendasarkan upaya kita pada bukti, bukan intuisi.”
Sebagian besar bukti tersebut disajikan melalui Atlas Ketahanan dan Kerentanan Pangan. Dikembangkan bersama oleh WFP dan Badan Pangan Nasional, atlas ini memvisualisasikan data utama ketahanan pangan untuk seluruh 514 kota dan kabupaten di Indonesia, negara dengan populasi 280 juta jiwa.
Di dalamnya, setiap kecamatan dan desa diberikan satu dari enam kelas prioritas kerentanan, berdasarkan indikator seperti akses terhadap air mengalir, luas lahan pertanian per orang, dan akses terhadap fasilitas kesehatan.
Indeks komposit memperhitungkan berbagai indikator tersebut dan berdasarkan indikator tersebut secara otomatis mengidentifikasi desa dan kecamatan mana yang rentan terhadap kerawanan pangan.
Beras merupakan makanan pokok sebagian besar rumah tangga di Kalimantan Barat.
Pada tahun 2019, Idas masuk dalam kategori prioritas satu atau “sangat rawan pangan”. Sejak saat itu, jalan tanah yang menghubungkannya dengan jalan-jalan utama di wilayah tersebut telah diperbaiki sebagian untuk memudahkan akses penduduk desa terhadap pasar dan dengan demikian meningkatkan kondisi perekonomian mereka secara keseluruhan.