Aulanews.id – Topan super dengan kecepatan lebih dari 195 kilometer per jam itu menerjang wilayah tenggara Filipina, menyebabkan ribuan rumah dan bangunan rusak hingga memutus aliran listrik bagi setidaknya tiga juta warga.
Salah satu warga negara Indonesia (WNI) di Filipina, Marie Christiane, mengaku kekurangan air dan bahan bakar akibat topan super Rai menerjang negara itu sejak pekan lalu.
“Sejauh ini keadaan baik-baik saja ,hanya kami kehilangan listrik, air, dan bahkan sinyal untuk ponsel,” kata Marie.
Marie tinggal di kota Cebu, Visayas. Untuk mendapatkan air, lanjut Marie, ia harus keluar rumah dan mengunjungi spot-spot pembagian air bersih yang disediakan untuk publik.
“(air) ini membuat kami tetap bertahan,” katanya.
“Kami mengalami kesulitan. Banyak rumah yang rusak, pohon-pohon yang berjatuhan, dan aliran listrik yang terputus,”tutur Marie menambahkan.
Menurut cerita Marie, bagi warga yang memiliki kendaraan pribadi mengalami kesulitan mencari bahan bakar karena banyak pom bensin yang tutup hingga membuat pasokan BBM terbatas.
“Jika kita punya kendaraan sendiri, agak susah untuk membeli bensin, karena tidak semua pom bensin terbuka, dan ketersediaan bensin masih sedikit,” lanjutnya.
Tak hanya persoalan air dan BBM, untuk tetap terhubung dengan dunia luar ia juga kesana-kemari mencari sinyal dan jaringan internet.
Sejak topan menyerbu, baru hari ini, Marie berhasil mendapat sinyal di HP miliknya. Namun, ia mengaku jaringan internet masih belum stabil.
“Baru hari ini di tempat saya mendapat sinyal untuk telepon, cuma masih agak lemah apalagi untuk internet,” ujarnya.
Topan juga menyebabkan sejumlah ATM tak beroperasi. Hal tersebut memicu antrean mengular di atm-atm yang beroperasi.
Saat ini, sekitar lebih dari 4.000 WNI tinggal di Filipina. Hingga berita ini diturunkan, Kementerian Luar Negeri RI belum merespons pertanyaan CNNIndonesia.com terkait jumlah WNI yang terdampak Topan Rai di Filipina.
Topan Rai menerjang sejumlah wilayah di tenggara Filipina sejak pertengahan pekan lalu.
Salah satu daerah yang terdampak parah yakni Dinagat. Hingga kini, ada 14 orang yang tewas di wilayah tersebut imbas badai besar.
Sementara itu, tercatat total ada 375 orang yang tewas akibat topan super itu. Sebanyak 380 ribu penduduk pun telah dievakuasi.
Para warga yang menjadi korban Topan Rai pun mulai menjerit meminta bantuan makanan setelah beberapa hari terlantar.
Wali Kota Tubajon, Fely Pedrablanca, mengatakan bahwa daerahnya terancam kehabisan makanan.