Pada pertengahan Juli 2024, wilayah yang dianggap “aman” oleh pasukan Israel kembali dikurangi, kali ini menjadi 48 kilometer persegi (18,5 mil persegi), atau 13,15% dari total luas Gaza.
Akhirnya, pada bulan Agustus 2024, tentara Israel telah mengurangi “zona kemanusiaan aman” ini menjadi hanya 35 kilometer persegi (13,5 mil persegi), atau 9,5% dari total luas wilayah Gaza. Zona ini hanya mencakup sekitar 3,5% dari area pertanian, layanan, dan komersial, yang selanjutnya mempersempit ruang tempat warga sipil dapat berlindung, kata pihak berwenang, merinci bagaimana pasukan Israel secara sistematis menghancurkan “zona aman”. dilansir dari aa.com pada hari Sabtu (24/8/2024).
Berkurangnya zona aman yang terus berlanjut telah memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, karena warga sipil memiliki lebih sedikit tempat untuk melarikan diri dari kekerasan.
Israel terus melancarkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan itu telah mengakibatkan lebih dari 40.200 kematian warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 93.000 luka-luka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade berkelanjutan di Gaza telah mengakibatkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, sehingga sebagian besar wilayah hancur.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota selatan Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum daerah itu diserbu pada 6 Mei.