“Pentingnya pemahaman masalah ini bagi para pendidik, karena siswa menjadi sasaran empuk kelompok terorisme global globalisasi. Di atas permukaan terlihat aman, tetapi di bawah permukaan generasi muda selalu menjadi sasaran empuk untuk direkrut,” pesan Hesti Armiwulan, yang pernah menjadi Komisioner Komnas-HAM.
Diingatkan, akan lebih berbahaya lagi kalau tenaga pengajar, pendidik, guru, atau mentor yang terpapar, anak-anak jadi kasihan. Anak-anak yang mulai terpapar, mereka harus memiliki sikap toleransi dan inklusif,
Sementara itu, Prof Titik –panggilan akrab Husniyatus Salamah– kesadaran para guru dan tenaga pendidikan menjadi penyemangat bagi seluruh komponen bangsa yang terlibat dalam dunia pendidikan dalam memperkuat strategi membentengi generasi muda dari pengaruh sikap intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
Di tengah kemajuan era globalisasi saat ini, dia meminta kepada seluruh guru untuk banyak belajar karena saat ini anak-anak bisa dikatakan lebih cerdas akibat selalu berinteraksi dengan dunia maya setiap saat.
Pengaruh Negatif Medsos
Pada bagian lain, Prof Hesti menjelaskan, terdapat banyak pengaruh negatif dunia maya yang bisa memancing emosi para generasi muda, terutama pelajar di lingkungan tingkat sekolah menengah.
Menurutnya, gawai yang melekat pada anak menjadi ruang propaganda yang efektif membentuk anak menjadi pribadi yang intoleran.
“Dengan maraknya dunia digital yang menguasai generasi muda, dia memandang perlu strategi baru bagi seorang guru untuk dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian dan positif melalui media sosial seperti TikTok dan Instagram, ” tuturnya.