Warga Palestina Menggalang Dana untuk Mengevakuasi dan Menyelamatkan Keluarga Mereka di Gaza

Aulanews.id – Ketika Hadil Louz mendengar berita bahwa keluarganya akan dievakuasi dari Gaza pada awal Maret, rasa leganya sangat besar.

Dilansir dari Theguardian.com, dalam percakapan dengan keluarga korban “Saya sangat bahagia, saya berteriak di rumah memperlihatkan betapa bahagianya saya karena ini membutuhkan banyak waktu, usaha, stres, dan ketidakpastian,” katanya. “Pada saat yang sama, ada rasa sakit hati memikirkan saudara perempuan dan saudara laki-laki saya yang masih terjebak di Gaza dengan anak-anak mereka.”

Louz, seorang mahasiswa PhD di Universitas St Andrews, adalah salah satu dari beberapa warga Palestina yang tinggal di Inggris yang – karena tidak adanya skema visa terpisah – telah menggunakan kampanye penggalangan dana untuk menjamin evakuasi keluarga mereka dari wilayah terkepung tersebut.

Serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel, kebanyakan warga sipil, menyebabkan serangan militer berlanjut di Gaza yang sejauh ini telah menewaskan sekitar 32.000 orang.

Sejak serangan itu, telah dilakukan 55.000 donasi dan 430 dana telah dibentuk di Inggris yang menyebutkan “evakuasi” dalam kaitannya dengan krisis, menurut angka eksklusif yang dibagikan dengan Guardian oleh GoFundMe.

Louz menggalang dana sebesar $25.000 (£20.000) untuk memastikan ibunya, tiga saudaranya, dan saudari dapat melarikan diri dari serangan bombardemen Israel melalui sebuah perusahaan yang mengenakan biaya $5.000 (sekitar £4.000) untuk orang dewasa melintasi perbatasan Rafah.

Mahasiswa tersebut, yang memiliki status pengungsi di Inggris, telah mencoba untuk mengajukan aplikasi visa keluarga tetapi Kementerian Dalam Negeri menolak untuk mempertimbangkan permintaan tersebut tanpa sidik jari. Kementerian Dalam Negeri mengatakan keluarganya tidak berada dalam risiko luar biasa dan tidak memenuhi persyaratan untuk penundaan biometrik.

Dalam suratnya, Kementerian Dalam Negeri menyatakan: “Saya tidak puas bahwa klien Anda telah menunjukkan bahwa mereka berada dalam risiko pribadi sebagai hasil dari konflik dan perlu melakukan perjalanan mendesak, atau bahwa perjalanan semacam itu akan menjadi sangat tidak aman bagi mereka di atas orang lain yang saat ini tinggal di wilayah tersebut.”

Pada saat itu, Louz mengatakan keluarganya tinggal dalam tenda darurat di selatan Gaza, telah tergusur empat kali sejak 7 Oktober, dan kekurangan akses ke sanitasi, persediaan medis, makanan, dan air. Sejak awal perang, pusat aplikasi visa Gaza telah ditutup.

Siaran Langsung

Kiai Bertutur

Sosial

Add New Playlist