Aulanews.id – Di Jember, Jawa Timur terdapat Kasus pengunduran diri dari sekolah, yang saat ini masih meningkat dengan alasan pernikahan. Terdapat beberapa wali murid yang mengajukan pengunduran diri anaknya dari sekolah pada Bulan Juli 2021. Dengan alasan, anaknya tersebut hendak dinikahkan dan bahkan ada yang sudah hamil.
“Karena memang kondisi anaknya hamil,” ungkap Kepala SMK Islam Bustanul Ulum (IBU) yakni Muhammad Muslim saat dirinya dihubungi, pada Kamis (9/9/2021).
Siswi tersebut hamil lantaran sudah dinikahkan secara siri oleh keluarganya. Sebab, budaya masyarakat Jember daerah timur, banyak anak yang dijodohkan sekaligus dilakukan akad nikah.
“Sehingga ada kejadian seperti itu,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan, terdapat tiga wali murid yang mengajukan pengunduran diri anaknya dari sekolah. Rinciannya, seorang siswi sudah menikah, satu siswi karena hamil menikah, yang terakhir karena akan dinikahkan.
“Namun mereka tidak bisa nikah resmi, sekolah juga tidak bisa mengeluarkan surat berhenti,” jelasnya.
Muslim juga menerangkan aturan yang terdapat di SMK IBU salah satunya yakni tidak boleh mengeluarkan surat berhenti. Jika ingin menikah secara resmi, mereka harus memenuhi syarat umur. Contohnya, jika pelajar tersebut masuk SMK pada tahun 2016, maka siswi tersebut baru menikah secara resmi pada tahun 2019.
“Misal hamilnya kelas dua, dia harus nunggu satu tahun lagi untuk nikah resmi,” jelasnya.
Aturan tersebut telah dibuat oleh pihak sekolah sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai pernikahan dini.
“Itu risiko yang harus ditanggung orangtua masing-masing, juga untuk kebaikan anak-anak,” ungkapnya.
“Wali murid di sini bilang ngapain daring, lebih baik dinikahkan saja” tambahnya.
Muslim juga menambahkan, salah satu faktor para siswa tersebut dinikahkan oleh orangtuanya yakni karena sekolah daring.
“Wali murid di sini bilang ngapain sekolah daring, buat apa, lebih baik dinikahkan saja” ungkapnya.
Pernyataan tersebut muncul karena sebagian besar wali murid di SMK IBU berasal dari pelosok desa dengan latar belakang pendidikan rendah.
Dirinya menambahkan “Kalau daring, anak-anak bisa ke mana saja, kami tidak bisa mengontrol,”
Sekolah juga mengadakan agenda home visit ke rumah rumah para pelajar. Dengan tujuan memastikan kondisi pelajar ketika tidak mengikuti belajar daring.
Dari situlah baru diketahui masalah masalah yang dialami pelajar. Maka dari itu, perlu monitoring penuh dari wali kelas masing-masing agar ketika ada anak tidak ikut pembelajaran, bisa diketahui masalahnya, ungkapnya.