Aulanews.id – Namun, saat memberikan pengarahan kepada Dewan Keamanan, Abdou Abarry, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal untuk wilayah tersebut juga memperingatkan bahwa ketidakamanan dan krisis kemanusiaan terus melanda negara-negara.
Para pengamat melaporkan pemilihan presiden Chad pada bulan Mei berlangsung “dalam kondisi yang baik”, meskipun dengan beberapa insiden yang tidak mengganggu perilaku atau kredibilitas pemilu, katanya.
“Lingkungan sulit yang dialami Chad (mengingatkan kita). kebutuhan untuk melanjutkan dukungan kami kepada pihak berwenang untuk membantu negara dalam mencari stabilitaskhususnya pada titik baru dalam sejarahnya,” katanya.
Bapak Abarry, yang juga mengepalai Kantor Regional PBB untuk Afrika Tengah (UNOCA), menambahkan bahwa dia akan terus mendukung upaya perdamaian dan rekonsiliasi di negara tersebut, sesuai dengan Perjanjian Perdamaian Doha.
Perwakilan Khusus Abdou Abarry memberi pengarahan kepada Dewan Keamanan. ‘Titik balik’ di GabonGabon juga mencapai “titik balik yang penting” dengan diselenggarakannya dialog inklusif nasional pada bulan April, lanjutnya, sambil mengutip rekomendasi dan tindakan untuk mengembalikan tatanan konstitusional sepenuhnya.
Sebuah komite konstitusi nasional telah ditugaskan untuk menyusun konstitusi dan undang-undang pemilu yang baru.
“Komunitas internasional, di bawah naungan PBB…telah melakukannya menyatakan kesediaannya untuk mendukung pihak berwenang dalam penerapan reformasi inklusif dan menekankan dialog,” tambah Abarry.
Tantangan yang berkelanjutanNamun tantangan regional masih banyak, kata Abarry, seraya melaporkan tantangan terhadap pemerintahan konstitusional dan demokrasi, seperti yang terjadi pada upaya yang dilakukan baru-baru ini di Republik Demokratik Kongo (DRC).
Situasi keamanan juga masih bergejolak dengan meningkatnya aktivitas kelompok bersenjata dan teroris, seperti di DRC timur, di lembah Danau Chad, wilayah Great Lakes, dan di tempat lain.
Ketidakamanan ditambah dengan memburuknya dampak perubahan iklim juga mendorong kebutuhan kemanusiaan, katanya. Hujan lebat dan banjir menghancurkan ribuan rumah, membuat penduduk mengungsi dan merusak infrastruktur penting di beberapa negara.
Krisis terkait perubahan iklim seperti ini tidak hanya memperburuk kerentanan sosio-ekonomi yang ada namun juga sangat menguji keterbatasan sumber daya pemerintah dan berpotensi memicu kerusuhan dan konflik baru terkait akses terhadap sumber daya, tambahnya.