Menurut Hesti, dalam waktu dekat, tepatnya pada bulan Januari 2023, FKPT akan melakukan kegiatan pencegahan di hadapan para pemuda dan mahasiswa, di antara anggota Badan Eksekutif Mahasiswa (BREM) di sejumlah kampus di Malang Raya.
Dalam pengakuannya, Pujianto mengungkapkan pengalamannya hingga sadar diri untuk kembali ke pangkuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Ya, saya bertobat dan selalu mengingatkan agar masyarakat tidak terpapar seperti saya. Karena itu, perlu dikenal gejala dan tanda-tanda sikap dan sifat radikal itu,” tuturnya.
Mengetahui tanda dan kecenderungan radikal, bisa digambarkan bagaimana seseorang menyatakan cintanya pada pasangannya.
“Kamu memang perempuan paling cantik di dunia. Tidak ada yang cantik selalu kamu. Yang lain, itu biasa saja. Ini awal muda bibit radikalisme. Padahal, kalau mau jujur, perempuan yang lain juga banyak yang lebih cantik. Ya, kan?,” tutur Pujianto.
Pendekatan Melalui Moderasi Beragama
Pada bagian lain, Hesti, pendepatan soft aproach melalui moderasi beragama merupakan proses menjaga keseimbangan yang paripurna, setiap warga masyarakat yang berbeda suku, etnis, budaya, agama dan pilihan politiknya.
Menurutnya, ada empat tanda sikap moderat dalam beragama. Di antarnaya, Cinta Tanah Air, punya toleransi tinggi, antikekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal.
Selain itu, diingatkan adanya kesadaran pengguna media sosial. Untuk menjaga keamanan akun, dengan membuat kata kunci yang sulit ditebak dan mengubahnya secara periodik.
Hindari hoaks, tak mudah percaya dengan berita yang diterima sebelum diklarifikasi dan menyebarkan hal positif. Artinya, hanya meneruskan berita yang bermuatan positif.