Mengetahui tanda dan kecenderungan radikal, bisa digambarkan bagaimana seseorang menyatakan cintanya pada pasangannya.
“Kamu memang perempuan paling cantik di dunia. Tidak ada yang cantik selalu kamu. Yang lain, itu biasa saja. Ini awal muda bibit radikalisme. Padahal, kalau mau jujur, perempuan yang lain juga banyak yang lebih cantik. Ya, kan?,” tutur Pujianto.
Pendekatan Melalui Moderasi Beragama
Pada bagian lain, Hesti, pendepatan soft aproach melalui moderasi beragama merupakan proses menjaga keseimbangan yang paripurna, setiap warga masyarakat yang berbeda suku, etnis, budaya, agama dan pilihan politiknya.
Menurutnya, ada empat tanda sikap moderat dalam beragama. Di antarnaya, Cinta Tanah Air, punya toleransi tinggi, antikekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal.
Selain itu, diingatkan adanya kesadaran pengguna media sosial. Untuk menjaga keamanan akun, dengan membuat kata kunci yang sulit ditebak dan mengubahnya secara periodik.
Hindari hoaks, tak mudah percaya dengan berita yang diterima sebelum diklarifikasi dan menyebarkan hal positif. Artinya, hanya meneruskan berita yang bermuatan positif.
“Gunakan seperlunya media sosial. Gunakan media sosial untuk meningkatkan produktivitas diri dan jangan menjadi adiktif,” tutur Hesti.
Ia pun mengingatkan tentang tugas FKPT, di antaranya, pengembangan potensi dan kreativitas yag dimiliki oleh generasi muda dalam pencegahan terorisme. Pemberian edukasi bagi kelompok perempuan dan anak dalam pencegahan terorisme
“FKPT pun melakukan penelitian tentang potensi radikal terorisme. Adanya diseminasi dan sosialisasi pencegahan terorisme kepada semua elemen masyarakat di daerah dan pengembangan kreativitas dari berbagai perspektif. Selain itu, menekankan pentingnya literasi informasi pencegahan terorisme melalui media massa, media sosial dan media lainnya,” tutur Hesti Armiwulan.(*)