“Palestina adalah satu-satunya negara yang menyatukan suara kami. Jika negara-negara Teluk tidak mengirimkan bantuan, setidaknya mereka harus berhenti mengirimkan minyak dan gas. Setidaknya itulah yang harus mereka lakukan,” kata seorang pengunjuk rasa bernama Mohammed Gomaa di Kairo, sebagaimana dilansir dari Reuters, Jumat (20/10/2023) waktu setempat.
BENDERA DAN EFISIENSI YANG TERBAKAR
Di Maroko, di mana pemerintahnya pada tahun 2020 sepakat untuk menormalisasi hubungan dengan Israel sebagai imbalan pengakuan AS atas kedaulatan Maroko atas wilayah Sahara Barat yang disengketakan, kelompok Islam, dan sayap kiri mengatakan, mereka akan mengadakan aksi duduk pada hari Jumat nanti.
Ratusan orang melakukan unjuk rasa di pusat kota Tunis, menentang kampanye Israel di Gaza dalam beberapa hari terakhir, sementara pengunjuk rasa yang lainnya berdemonstrasi di depan kedutaan AS.
“Terorisme sebenarnya adalah Israel dan Amerika, yang mendukungnya,” kata Souhail Ben Nasser, seorang pengunjuk rasa di Tunis.
Di Asia Tenggara, ratusan orang berkumpul untuk melakukan protes di dekat kedutaan besar AS di ibu kota Indonesia dan Malaysia, membakar bendera Israel, serta menginjak-injak foto Netanyahu dan Presiden AS, Joe Biden.
“Hari ini kami berkumpul di sini dengan niat yang sama untuk mengutuk tindakan kriminal yang dilakukan Israel,” kata Qilla Marisa, seorang pengunjuk rasa di Kuala Lumpur.
Umat Muslim di India melancarkan protes yang lebih kecil di Jaipur dan Mumbai, sambil mengangkat plakat bertuliskan “Bebaskan Palestina”.
Musuh regional terbesar Israel, Iran, dan kelompok sekutunya di wilayah tersebut, juga mengadakan protes yang didukung negara. Di Irak, milisi Syiah yang didukung oleh Teheran memobilisasi ratusan pendukungnya di Bagdad dekat jembatan menuju Zona Hijau yang dibentengi, tempat kedutaan besar AS berada.
Di perbatasan Irak dengan Yordania, ratusan pendukung kelompok para militer yang didukung Iran melakukan aksi duduk untuk menyuarakan dukungan bagi Gaza, yang dibawa dengan bus.
“Kami akan mendukung rakyat kami di Palestina,” kata salah satu dari mereka, Hussein Samir, 26 tahun.
Penulis: Bela
Editor: Hendro