Setelah lima tahun berjalan, IAIN Walisongo di Surakarta ini diubah menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Surakarta. Kemudian, seiring perkembangan waktu, pada 28 Juli 2011, STAIN Surakarta berganti menjadi IAIN Surakarta dengan tiga fakultas, yakni: Fakultas Ushuludin dan Dakwah, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, serta Fakultas Tarbiyah dan Bahasa.
Pada tahun 2021, IAIN Surakarta berganti status dan nama menjadi UIN Raden Mas Said Surakarta, seperti yang diterangkan di atas. Menurut Prof Toto Suharto, penyematan nama Raden Mas Said menjadi nama universitas, tidak lepas dari sejumlah alasan ini.
“Pertama, Raden Mas Said merupakan tokoh yang dikenal sebagai pejuang yang telah banyak berjasa bagi bangsa ini, sehingga ia kemudian dianugerahi sebagai Pahlawan Nasional,” ujarnya.
Kemudian alasan yang kedua, dalam Serat Babad Panambangan dikisahkan tentang masa kecil Raden Mas Said di Keraton Kartasura, sama dengan lokasi kampus UIN Surakarta saat ini. Ketiga, sejarawan Peter Carey menyebutkan bahwa Mangkunegara memiliki pasukan istri yang ikut berjuang dan dipimpin oleh istri Raden Mas Said, yang menjadi bukti secara historis Raden Mas Said memiliki kepedulian terhadap martabat perempuan.
“Lalu, yang keempat, di Mangkunegaran ada Masjid Al-Wustho yang menjadi simbol cikal bakal masyarakat Islam sudah dibangun dibangun di kadipaten ini melalui peradaban masjid. Terakhir, menurut catatan Ricklefs, Raden Mas Said memiliki watak keberislaman yang moderat,” imbuh dia.
Setidaknya dari lima alasan itulah, yang kemudian menjadi penegas pemilihan nama Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa untuk UIN Surakarta.