Tata kelola global sedang dalam krisisKrisis iklim, tegas Guterres, diperburuk oleh tantangan terhadap institusi global. Sekretaris Jenderal menunjuk pada meningkatnya tantangan global, dan menekankan krisis yang semakin mendalam dalam kerja sama internasional.
“Kita menghadapi defisit tata kelola global dan defisit kepercayaan global. Kemiskinan, kesenjangan, dan krisis iklim semakin parah, dan perdamaian semakin sulit dijangkau,” ujarnya.
Pernyataannya disampaikan pada saat yang kritis setelah KTT Masa Depan PBB baru-baru ini, yang mengadopsi Pakta untuk Masa Depan yang bertujuan memperkuat multilateralisme dan mekanisme pemerintahan global.
Reformasi ‘tidak boleh menjadi sebuah fatamorgana’“Ketika perang terus berlanjut, orang-orang yang tidak bersalah harus menanggung akibat yang sangat buruk dan Dewan Keamanan tidak mampu menghentikan mereka,” katanya, seraya mendesak agar “reformasi harus dilakukan dengan tekad dan tidak menjadi sebuah fatamorgana”.
Sekjen PBB menantang negara-negara G20 untuk merombak apa yang disebutnya sebagai arsitektur keuangan internasional yang “ketinggalan jaman dan tidak adil”.
“Dunia mengharapkan Anda untuk bertindak berdasarkan komitmen Pakta untuk mempercepat reformasi,” ujarnya kepada para pemimpin negara, sambil menekankan perlunya memberikan keterwakilan yang adil kepada negara-negara berkembang dan melindungi negara-negara yang rentan dari guncangan global.
Jalan ke depanMenjelang berakhirnya KTT dua hari ini, para pemimpin dunia fokus untuk mengatasi tantangan menjelang konferensi besar Pembiayaan PBB untuk Pembangunan pada bulan Juli di Spanyol, COP29, dan COP30 tahun depan di Brasil.