Para kepala keamanan Filipina mengadakan pertemuan tingkat tinggi pada hari Senin mengenai laporan insiden meriam air untuk menyiapkan rekomendasi yang akan disampaikan kepada Presiden Ferdinand Marcos Jr mengenai langkah-langkah ke depan dalam perselisihan tersebut.
TIONGKOK MENCURIGAI KETERLIBATAN AMERIKA SERIKAT DAN FILIPINA
Sejak mengambil alih kekuasaan pada tahun 2022, Marcos telah mengambil tindakan tegas terhadap apa yang ia anggap sebagai permusuhan Tiongkok dan menolak tekanan Tiongkok untuk menghindari wilayah maritim yang diklaimnya.
Tiongkok memandang dengan penuh kecurigaan upaya-upaya yang dilakukan Marcos untuk memperdalam hubungan dengan sekutu perjanjian pertahanan AS, termasuk meningkatkan akses pangkalan bagi pasukan AS dan memperluas latihan militer yang mencakup patroli udara dan laut bersama.
Washington mengatakan pihaknya mendukung Filipina karena mengutuk “tindakan berbahaya” Tiongkok. Jepang, Inggris, Jerman, Perancis, Kanada dan Australia juga telah mengeluarkan pernyataan dukungan terhadap Filipina.
“AS bukan pihak dalam masalah Laut Cina Selatan tetapi berulang kali melakukan intervensi, memprovokasi masalah maritim antara Tiongkok dan Filipina,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Lin Jian, pada konferensi pers pada hari Senin.
Menteri Pertahanan Filipina, Gilberto Teodoro, pada hari Senin menyarankan agar Tiongkok membuktikan kekuatan klaim maritimnya melalui arbitrase, bukan ambiguitas.
“Jika Tiongkok tidak takut untuk menyatakan klaimnya kepada dunia, lalu mengapa kita tidak melakukan arbitrase berdasarkan hukum internasional?” kata Teodoro dari Filipina kepada wartawan. “Tidak ada negara yang percaya (klaim mereka) dan mereka melihat ini sebagai cara mereka menggunakan kekuatan, mengintimidasi, dan membelokkan Filipina pada ambisi mereka.”