Aulanews.id – Sebuah makalah baru menemukan bahwa tingkat patah tulang pada wanita lanjut usia berbeda-beda menurut ras, cukup signifikan. Meskipun para peneliti telah mengetahui selama bertahun-tahun bahwa risiko patah tulang paling tinggi terjadi pada wanita kulit putih, ini adalah studi pertama yang menunjukkan tingkat patah tulang yang sebenarnya pada wanita Asia dan Hispanik.
Hingga saat ini, para peneliti memiliki data terbatas tentang tingkat patah tulang berdasarkan ras dan etnis tertentu di luar orang kulit putih, dan bahkan lebih sedikit data patah tulang dalam ras dan kelompok etnis. Populasi Hispanik dan Asia merupakan populasi yang tumbuh paling cepat di Amerika Serikat. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya perbedaan tingkat patah tulang dalam populasi Hispanik dan Asia.
Satu studi sebelumnya, yang menggunakan data Medicare tahun 1992, menunjukkan bahwa wanita asal Meksiko dan Puerto Rico memiliki tingkat patah tulang pinggul yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita kulit putih non-Hispanik, tetapi tidak ada perbedaan yang signifikan dalam tingkat patah tulang pinggul antara wanita Kuba-Amerika dan wanita kulit putih. Studi lain yang menggunakan data yang sama menemukan bahwa, dibandingkan dengan wanita Jepang-Amerika, wanita Tionghoa-Amerika memiliki risiko patah tulang pinggul yang jauh lebih rendah, tanpa perbedaan risiko patah tulang pinggul antara wanita asal Jepang atau Korea.
Meskipun penelitian ini memberikan informasi deskriptif penting tentang potensi perbedaan fraktur, mereka mencapai kesimpulan menggunakan algoritme yang mengandalkan lokasi geografis (Hispanik) atau nama keluarga (Asia) untuk mengklasifikasikan asal Hispanik atau Asia seseorang. Meskipun algoritme merupakan metode yang valid untuk mencoba menentukan asal etnis, algoritme tersebut tidak dapat diandalkan seperti informasi asal etnis yang dilaporkan sendiri oleh subjek.