’’Namun, penampilan kami masih dianggap layak menang,’’ imbuh lelaki yang juga dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) itu.
Kompetisi kedua yang diikuti tim Livo adalah 5th Tokyo International Choir Competition. Dalam lomba itu, mereka membawakan lagu daerah Bali, yakni Janger dan lagu Piso Surit dari Sumatera Utara untuk kategori folklor. Lengkap dengan baju adat Bali serta ulos Batak. Pada kategori kontemporer, Livo membawakan lagu Hindu Bali berjudul Gayatri.
Hasilnya cukup membanggakan. Tim Livo memborong tiga piala sekaligus. Yakni 3rd place (gold prize) kategori folklor atau cerita rakyat dan 3rd place (gold prize) kategori kontemporer. Serta satu gelar atributif sebagai Best Interpretation of Contemporer.
Menurut Azik, itu merupakan raihan yang patut diapresiasi. ’’Sebab saat di Tokyo, tim Livo berkompetisi dengan 69 peserta padus dari berbagai negara dengan rentang usia yang lebih dewasa,’’ ujarnya.
Azik mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar dalam padus adalah menciptakan harmonisasi. Saat itu tim Livo diisi oleh 35 siswa perempuan dan 11 siswa laki-laki. Padahal idealnya, jumlahnya harus sama atau minimal jumlah pengisi vokal laki-laki dua pertiga dari jumlah vokal perempuan.
(Mg 05)