Aulanews.id – Keadaan darurat masih berlaku di seluruh negara kepulauan itu, dan jam malam tujuh hari dari senja hingga fajar di beberapa bagian Port Vila dijadwalkan berakhir pada 24 Desember. Akses jalan menuju pelabuhan juga dilaporkan diblokir.
Gempa bumi kedua meningkatkan kekhawatiran, dan informasi lebih lanjut mengenai dampaknya, termasuk pembukaan kembali bandara Port Vila untuk penerbangan komersial, masih menunggu.
Kebutuhan kemanusiaanHingga Sabtu malam (waktu setempat), lebih dari 80.000 orang telah terkena dampak gempa hari Selasa, dengan hampir 1.700 orang mengungsi untuk sementara. Sebelas pusat evakuasi menampung lebih dari 1.200 orang, sementara yang lain tinggal bersama keluarga yang menampungnya.
Kebutuhan mendesak mencakup akses terhadap air bersih, makanan dan layanan kesehatan, karena masyarakat menghadapi peningkatan risiko penyakit yang ditularkan melalui air.
Layanan kesehatan juga dilaporkan sangat terbatas, dengan Rumah Sakit Pusat Vanuatu (VCH) yang membutuhkan pasokan medis penting dan dukungan terkoordinasi untuk mengatasi kesenjangan kritis.
Dampak gempa bumi Vanuatu di provinsi Shefa (per 21 Desember 2024).
Respon terkoordinasiMenanggapi krisis yang semakin meningkat, sebuah penerbangan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh Pacific Humanitarian Air Service (PHAS) milik Program Pangan Dunia PBB (WFP) mendarat di Port Vila pada hari Sabtu, mengantarkan tim bantuan dari badan-badan PBB, mitra kemanusiaan dan pasokan bantuan.
Badan-badan termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dana Anak-anak PBB (UNICEF) dan Dana Kependudukan PBB (UNFPA) bekerja sama dengan otoritas nasional untuk mendukung respons ini.
UNFPA telah mendirikan tenda bersalin di VCH, sementara UNICEF telah mendirikan empat tenda untuk menangani limpahan pasien dan mengerahkan tim perlindungan anak untuk mendukung keluarga dan petugas kesehatan.
UNICEF juga mengirimkan tangki air kandung kemih ke VCH untuk memastikan akses berkelanjutan terhadap air bersih.
WFP telah mengerahkan spesialis telekomunikasi darurat untuk memulihkan jaringan komunikasi yang terganggu dan penting untuk mengoordinasikan upaya bantuan. Mereka juga bekerja sama dengan Kantor Manajemen Bencana Nasional (NDMO) dan mitranya untuk menilai kebutuhan ketahanan pangan.
Selain itu, Pusat Satelit PBB (UNOSAT) sedang melakukan penilaian kerusakan berbasis satelit untuk memandu alokasi sumber daya dan memprioritaskan daerah yang terkena dampak.