Adakalanya kita menemukan Alima seolah tidak menyadari bahwa relasi antara ia dengan majikannya ialah terjajah dan penjajah. Atau dalam kemungkinan lain, They Call Me Babu justru berusaha menonjolkan hubungan yang harmonis di antara keduanya, memudarkan jarak yang ada.
Dengan polos dan tanpa nada menggugat, Alima bercerita tentang posisinya yang tidur di lantai tepat di sebelah tempat tidur Jantje. Namun, boleh jadi pula posisi itu menunjukkan ketulusan kasih sayang Alima terhadap Jantje. Ia juga seperti tanpa praduga apapun dan dengan santai bercerita tentang kesukaan Belanda pada keanehan dan keeksotisan mereka (yang dijajah).
Anggapan Alima, keluarga tempat ia bekerja ialah keluarganya. Bagi perempuan-perempuan yang menjadi pengasuh pada masa itu, keluarga Belanda adalah keamanan hidup. Beerends menemukan bahwa para babu saat masa penjajahan Belanda memandang pemosisian atas diri mereka sebagai sesuatu yang positif.
Suara Kesadaran Kelas
Alima secara perlahan memahami persoalan yang kompleks dari setiap pengalaman yang ia lalui. Sepeninggal ibunya, ia bertumbuh dalam dominasi laki-laki yang mengopresi dirinya.
Misal, oleh pamannya ia dikawinkan untuk pelunasan utang. Menyadari kesewenangan terhadap perempuan di masa itu, ia melarikan diri dan berjalan ke depan dengan memegang perkataan ibunya bahwa “perempuan harus mampu berdiri di kaki sendiri”. Sejak itulah ia menghadapi setiap perjalanan dengan prinsip, “aku nggak takut apa-apa”.
Oleh karena itu, kita dapat pula memahami They Call Me Babu dengan kemungkinan lain, yaitu tuturan Alima bukanlah kepolosan belaka. Dari tuturannya ia memberitahu kita tentang perilaku Belanda yang menunjukkan bahwa seolah dunia adalah milik mereka. Kita dapat saja dengan mudah menilai kebaikan keluarga Belanda tempat Alima bekerja. Namun, wujud yang mengakar pada diri kolonialis juga tidak dapat dikaburkan begitu saja. Misalnya, mereka merasa selalu memiliki hak untuk memerintah, babu yang tidur di lantai, pribumi yang diparadekan, dan bentakan majikan kepada babu ketika meminta jatah libur saat berada di Hindia.
Dari dokumenter ini, didapati pula bahwa para majikan Belanda tidak memedulikan nama asli PRT mereka. Ketidakpedulian itu dikarenakan mereka bukan bagian dari keluarga. Keduanya memiliki kedudukan yang tidak setara. Nama asli mereka terlupakan dan masa lalu mereka seperti tak pernah ada dalam sejarah.
Pertemuan Alima dengan para pelajar Hindia di Belanda mengenalkan ia pada satu kata, “merdeka” (vrijheid). Kata yang pada saat itu ia tidak ketahui persis artinya.