Filipina adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap bencana alam di dunia dan bahaya-bahaya ini, seperti badai topan yang baru-baru ini melanda negara tersebut, menjadi semakin intens akibat perubahan iklim.
Billie Crystal G. Dumaliang berkomitmen terhadap reboisasi.
Deforestasi lahan dan daerah aliran sungai di sekitar ibu kota Filipina, Manila, telah menempatkan kota ini pada risiko lebih besar terhadap kejadian cuaca ekstrem.
Billie Crystal G. Dumaliang dan Masungi Georeserve Foundation yang dipimpinnya telah berkomitmen terhadap inisiatif reboisasi ambisius yang bertujuan memulihkan sekitar 2.700 hektar kawasan DAS terdegradasi di sekitar Georeserve.
Proyek ini penting untuk memperkuat pertahanan alami Metro Manila terhadap dampak perubahan iklim.
“Masyarakat Filipina mengalami dampak parah kekeringan dan degradasi lahan terhadap pertanian, kesejahteraan, dan kehidupan sehari-hari,” katanya, “jadi kita perlu melestarikan keanekaragaman hayati dan memitigasi dampak kekeringan dan perubahan iklim. Organisasi saya melakukan hal ini melalui perlindungan lahan, reboisasi, dan penyampaian cerita yang berdampak nyata yang didukung oleh geowisata berkelanjutan.”
Tumbuh di lingkungan yang digambarkan sebagai “keluarga petani yang terpinggirkan”, Siddhesh Sakore telah menyaksikan secara langsung kesulitan ekonomi yang dialami para petani dan keluarga mereka.
Siddhesh Sakore merawat tanaman di sebuah ladang di Pune, India.
Salah satu permasalahan utama yang menjadi fokus organisasinya, AGRO RANGERS, adalah degradasi tanah, yang secara langsung berdampak pada produktivitas lahan dan mata pencaharian para petani.
Degradasi tanah dapat disebabkan oleh penggunaan yang tidak tepat atau pengelolaan yang buruk serta erosi, banjir, penggurunan dan kontaminasi bahan kimia.
Impiannya adalah untuk menciptakan mata pencaharian bagi para petani, khususnya di daerah rawan kekeringan di Pune dimana ia bekerja dengan melakukan transisi dari pertanian kimia ke praktik wanatani berbasis organik.
“Di AGRO RANGERS, kami percaya bahwa perjuangan melawan penggurunan lahan dan kekeringan dimulai dengan praktik pertanian berkelanjutan yang berbasis masyarakat dan pendekatan inovatif wanatani.”
“Dengan memberdayakan petani dengan pengetahuan dan alat untuk mengintegrasikan pepohonan dan tanaman ke dalam sistem pertanian mereka, kami memulihkan dan melindungi tanah, memelihara tanah demi masa depan yang berketahanan dan berkelanjutan.”